Selasa, 03 Juni 2014

Ini tentang tangis ibu siang tadi

" KELUARGAMU ADALAH RUMAHMU "

Aku rindu memeluknya, mengusap kepalanya, dan mencium pipinya. Dia adik lelakiku, usianya 17 tahun kini.
Wataknya yang keras, gak pernah bisa ngomong halus, gampang marah dan kurang bisa tanggung jawab sama apa yang dia punya. Aku gak tau mulai kapan dia jadi seperti ini. Ini sungguh bukan dia, aku masih melihat kepolosan ada padanya walaupun aku sering membentak-bentak karena ulahnya. Dia tidak seperti ini, adik lelaki ku bukan seperti ini. Aku sangat menyayanginya hingga semarah apapun aku padanya, aku masih ingin memeluknya.

Dia tak pernah berhak atas kemarahanku, tidak. Aku tau dia menjadi seperti ini juga bukan karena inginnya, keadaan yang merubah karakternya. Aku tau bahkan sangat amat tau kondisinya.
Maafkan aku sempat membencimu, itu jauh sebelum aku tau apa sebenarnya yang membuatmu menjadi seperti ini.
Malam itu, saat situasi memberi ibu kesempatan untuk menuangkan unek-uneknya padaku, tentang kamu. Rahasia yang lebih dari 17 tahun beliau sembunyikan dari aku, tentang kamu. Aku tak bisa membayangkan begitu beratnya beban ibu menyimpan ini sendirian selama ini. Aku jadi tau sekarang kenapa kamu suka banget sepak bola.  Semua tentang kamu, masa kecilmu, hingga saat kamu masih dalam kandungan.
Ibu ku memang bukan ibu mu, kamu tak pernah lahir dari rahimnya, tapi andai kamu tau, adikku... cinta dan kasih sayang ibu buat kamu melebihi siapapun bahkan bila dibandingkan untukku. Kamu tau siapa ibumu tapi kamu tak benar-benar mengerti siapa yang sebenar-benarnya telah berperan menjadi ibu sekaligus malaikat pelindungmu selama ini.
Kamu tak pernah tau kan, ibu sering menangis karenamu. Bukan, bukan karena mengeluhkan mu, melainkan mengkhawatirkanmu. Kamu tak pernah tau kan bagaimana ibu selalu maju di garis paling depan ketika siapa saja bahkan ketika aku memarahimu. Ibu tak pernah rela siapapun menyakitimu, kamu harus tau itu. Bahkan ibu akan sangat sakit hati ketika ibu mu sendiri memarahi mu, kamu harusnya tau itu. Kamu tau kenapa, karena kamu anak terkecilnya, anak yang bahkan oleh ibu mu sendiri kamu dibiarkan, anak yang oleh seseorang yang kamu sebut dia "Bapak" sama sekali tidak pernah dianggap ada, dan aku sangat membenci suami ibu mu itu.

Adikku kamu tau, betapa sakitnya hatiku setiap kali kamu bentak ibuku. Rasanya ingin aku menamparmu, tapi tak ku lakukan itu karena hanya akan melukai ibu ku lebih dalam lagi. Aku sangat menyayangimu lebih dari yang kamu tau. Jangan pernah percaya saat aku bilang aku tak lagi mau mengurusimu, itu bohong. Karena dalam diamku, aku selalu berbuat untuk kamu. Jangan pernah membenci ku apalagi ibuku ketika kami marah, karena dalam marah itu kami ingin sekali memelukmu. Kamu tau, aku sangat merindukanmu, kamu yang dulu. Kamu ingat masa kecil kamu dulu? Aku selalu ingin dengan mu, menjagamu seperti adik terkecilku, sampai sekarang. Aku tetap ingin menjaga mu tak rela siapapun menyakitimu, bahkan aku akan maju menggantikan ibu jika sesuatu menyulitkanmu.

Aku sungguh ingin memelukmu, berharap kamu tau, kamu tak perlu merasa sendiri, aku dan ibu adalah dua orang yang tak pernah lelah menjagamu. Kamu tak perlu merasa sendiri hingga menjadi seperti ini, karena kamu tak pernah sendiri. Kamu hanya perlu berbalik, dibelakangmu ada aku dan ibu. Maafkan aku dengan segala pikiran burukku tentang mu, maafkan aku jika aku selalu menjadi sosok yang galak dan tak bersahabat padahal aku tau yang kamu butuhkan bukan harta tapi seseorang yang bisa kamu percaya. Jangan bentak-bentak lagi ibuku karena di telapak kakinya akan kamu temukan surgamu. Ini rumahmu, ini bukan nerakamu. Kembalilah. Aku merindukanmu menjadi bagian dari kami lagi. Aku merindukan candamu dan senyummu, aku merindukan kita, kebersamaan kita.

Jangan pernah takut sendirian adikku, ada aku dan ibu. Kami yang akan menjadikan mu seseorang yang lebih baik lagi, bahkan dari kamu yang sebelumnya. Kita hanya butuh saling percaya. Aku sayang kamu.