Senin, 02 Desember 2013

kopi hitam yg tak selalu kejam


Aku menyebut ini lebih dari sekedar sensasi. Ketika mata lelah memandang, hati lelah memangku, dan mulut segan bergumam. Aku tak mau menyebut ini dengan satu kata menyerah, tapi setidaknya aku masih punya hak untuk mengajukan banding pada Tuhan. 

Entah harus pada Tuhan, atau mungkin saja keadaan, sungguh aku tak mau tau, karena yang pasti mereka telah memaksaku menyublim bersama tetes-tetes embun. Ku kayuh lagi sisa harapan yang ada, berharap sedikit sisa tertinggal. Namun jenuh sudah lelah memanja, semua tak kunjung padam. Aku masih saja serupa boneka ditangan mereka yang  tak selayaknya sepakat. Seakan memayungi hujan, aku tetap basah dan kalah.

Aku berjalan menepi, sendiri dan sungguh aku membenci ini. Ketika ketakutan datang tak pernah permisi, otak ku susah sekali terkendali. Bermacam pikiran-pikiran tak bertuan berjejal masuk dan menyiksa. Aku tak bisa lari ataupun sembunyi, dimanapun....karena apa yg terhindarkan pasti akan menjumpai lagi, entah itu nanti atau waktu yang tak bisa dimengerti.

Aku sungguh telah dibuat mati suri oleh pikiranku sendiri. Aku lelah, aku mengantuk, dan aku ingin bersandar, sejenak, sebentar saja. Tapi ijin itu tak kunjung aku dapatkan. Seperti terpidana yang tak terjamah oleh pilihan, selain harus memilih, pilihan yang ada. Aku bosan menunggu, karena menunggu hanya membuat aku mati rasa. Aku ingin berteriak, tapi suaraku tertahan, tercecik oleh sesuatu yang tak ku tau itu apa. Ini hukumankah? Atau ini apa? Hukuman atas apa? 
Aku haus.....haus akan penjelasan- penjelasan yang seharusnya aku punya, aku dapat, aku terima.

Segelas kopi mengajarkan aku untuk bersabar. Menanti kepulan panas itu menguap menjadi hangat dan siap untuk ku peluk. Segelas kopi mengajarkan aku warna, untuk tidak memandang hitam serupa kelam. Segelas kopi memberiku arti, dalam diam dia banyak bercerita. Segelas kopi adalah pendengar yang setia, tanpa banyak bicara dan menatap ragu. Segelas kopi bilang, pahit itu hanya soal waktu, dan manis itu hanya serupa ukuran. Segelas kopi tersenyum dan menyapaku selalu dengan hati, tak pernah lari, karena hanya dia yang setia. 

Aku merindukan segelas kopi disetiap pagiku. Menemaniku memilih warna ketika sesaat buta warna menenggelamkanku dalam hitam putih. Segelas kopi memainkan sebuah lagu yang ku butuh ketika ku terjatuh, dia memutarnya, keras dan bahkan menjadi terlampau keras ketika tuli menenggelamkanku dalam not-not dan birama.
Segelas kopi memberiku rasa manis yang tak terduga dari balik pekatnya hitam. Dan kopi hitam itu tak pernah kejam, tak pernah membuatku menangis. Kopi memelukku dengan tenang, memberiku damai dan menemaniku dalam gusar. Selamat datang hitam...kau kokohkan aku dalam hebatmu, kau panaskan asa ku dan menemaninya hingga menghangat. Kau kabarkan padaku begitu banyak inspirasi yang tak tersentuh. Kau buka mata mayaku bahwa langit akan tetap membiru meski hujan menghantamnya semalaman.

Cepat dan bergegas atau aku akan menyusul semuanya lari. Tapi aku butuh satu tangah untuk mencengkkeramku ketika tak lagi aku memiliki mimpi. Aku ingin sebebas kopi, tanpa perlu banyak janji. Aku ingin sebebas kopi,  tanpa perlu mendengar mereka yang mulutnya biasa diobral. Aku masih ingin sebebas kopi, menerima, memberi, mendengar, berbagi, bercerita, dan memutar segaris petualangan.
Aku ingin serupa kopi, hitam, legam, pahit, tak menarik, tapi semua mata memandang, semua hati hangat, semua orang jatuh cinta. Kopi memberiku jeda untuk tertawa dan menangis dalam satu waktu. Angkat gelasmu dan nikmati sensasimu....mari ngopiiiiii....

Kamis, 21 November 2013

0 diantara 1 dan 2


0 diantara 1 dan 2

Seseorang pernah berkata padaku “ Aku ada dimasa pencarianmu, dan saat kamu telah mendapatkan itu artinya, waktuku untuk pergi. “

Awalnya sungguh aku tak suka dengan kalimat itu, karena dalam kalimat itu, kamu sudah berencana pergi sesaat setelah kamu datang. Tapi makin ke sini semua jelas, dan aku mulai mengerti, ini saatnya aku menerima.

Aku menyebutmu 0, bukan karena bentuk tubuhmu yang bulat seperti angka 0, tentu saja mirip tapi bukan itu alasanku. 0 adalah symbol bilangan yang menurutku sangat unik. Dari semua bagian tubuhnya, 0 tak pernah mampu diputus, setiap elemen terkecil sekalipun, selalu saling berkaitan erat. Setiap lekukannya adalah misteri, ujung yang tak pernah terputus dengan ujung yang lain memberiku pandangan lain dari sudut yang tak pernah aku tau.
                0 mengajarkan aku untuk optimis, 0 tak pernah tersendat, dan 0 tak akan pernah menjadi 0 kalau semua titik yang menjadi bagian dari tubuhnya tidak saling bertemu.

                Pun kamu….selayaknya 0 kamu begitu fleksibel. Padaku kamu mampu menjadi apapun yang mampu merefleksikan labilku. Saat sepiku kamu mampu menjadi tawa yang tak terduga. Saat sedihku kamu menjelma serupa bahu yang meskipun jauh tapi mampu menjadi sandaran yang nyaman atas lukaku. Menjadi seorang penasehat ulung yang sok bijak ketika tergagap aku dalam kebimbangan. Semacam guru yang tak pernah jera mengajarkan aku tentang segalanya. Pengalaman yang banyak kamu bagi untukku membuat aku semakin melek atas apa yang ada disekitarku. Kamu tak pernah merasa lelah untuk selalu mengkhawatirkan aku dan menjagaku selayaknya ayah atau kakak lelakiku. Kuping terhandal untuk sekedar mendengar keluhku, dimana kamu tau jeda saat aku membutuhkan pendapat atau hanya sekedar ingin didengar. Kamu menjadi solusi dalam ketersendatan pekerjaanku, tak tau bagaimana jadinya aku kalau tanpa kamu dalam menyelesaikan semua masalah-masalah yang menyangkut pekerjaan.
Kita hampir punya dunia yang sama kalau kita mau berbicara masalah hobi. Walaupun aku kalah hebat darimu setiap kita mulai suatu pembahasan tapi aku cukup senang karena dari apa yang keluar dari mulutmu menjadikan aku lebih banyak tau. Kamu orang paling optimis yang percaya bahwa aku bisa menulis, membesarkan hatiku saat aku ternyata tertolak dari sebuah kompetisi. Tapi kepadamu akhirnya aku bisa buktikan bahwa tulisanku ternyata bisa diterima dan menjadi sebuah review favorit , dan dari itu aku mendapatkan imbalan yang hmmm rencananya mau beli tapi udah dapet duluan, gratis lagi, senangnya.
                Aku rasa sekarang tugasku tinggal satu, pembuktian terakhirku sebelum kamu memutuskan untuk pergi. Aku pengen kamu tau kalau aku masih bisa “ Jatuh Cinta “ lagi, itu kan yang kamu tunggu? dan kali ini semoga saja aku tidak terjatuh dalam kondisi yang lampau, semoga saja orang di masa kelam tidak kembali hadir untuk merusak apa yang sudah mulai aku bangun kembali. Aku tau doamu selalu bersama dalam setiap langkah yang aku ambil. Kepada kamu yang selalu ada untukku, hari ini akan aku wartakan padamu tentang hal itu. Aku, kini…sudah berani memilih. Tak mau lagi aku berada pada cengkeraman kuat cakar- cakar ayam yang membuat aku terseok. Kamu, selebihnya kamu harus bangga padaku, karena aku sudah berani memutuskan untuk memiliki kembali rasa itu, rasa yang terlalu mati untuk dihidupkan lagi.

Iya….aku telah “ Jatuh Cinta “, pada sosok yang tak mungkin kau percaya aku akan menjatuhkan pilihanku kepadanya. Sosok yang selama ini sekalipun tak pernah aku bawa dalam semua obrolan kita. Sosok yang tak pernah kusadari keberadaannya namun dia ada. Aku tak harus mengenalkannya padamu sekarang karena waktu terlalu cepat kurasa untuk membuat aku bisa menerima kepergianmu. Aku belum bisa, aku masih sangat bergantung padamu, ada banyak bagian dari hidupku yang sudah terlanjut terbawa olehmu.
                Aku bukan sombong atas apa yang sedang aku kabarkan ini, tapi terlalu dini bagiku untuk membanggakan ini kepadamu. Ini belum ada apa-apanya dan ini belum seperti yang kamu kira saat menerima berita ini.

Kamu masih selalu dan akan terus menjadi 0. Bidang yang akan selalu aku kagumi, denganmu aku menemukan duniaku secara perlahan, denganmu aku bisa berbagi segalanya, dan bersamamu sosok yang paling mengerti aku, Terima Kasih.

Kini aku yang dulunya masih dan belum bisa beranjak dari angka 1, mulai bangkit, berdiri dan bersiap berganti menjadi lebih tinggi. sebentar lagi angka 1 mu ini akan berganti, berganti menjadi 2, level yang lebih tinggi untuk aku yang tak mau lagi berduka, dan itu atas doamu juga, Terima Kasih.

Rabu, 20 November 2013

Perahu Kertasku

" Perahu kertas mengingatkanku, betapa ajaib hidup ini, mencari-cari tambatan hati, kau sahabatku sendiri "

Berawal dari sesuatu yang tidak aku rencanakan, tapi sepertinya ini adalah bagian dari rencana-Nya. Alam sedang berpendapat dengan waktu, membawa situasi khusus untuk mempertemukan, membuat dekat dan menjadikan kita seperti sekarang.  Kebahagiaan yang tidak terencana amat begitu indah. Kamu bukan orang yang sempurna, jauh dari sempurna. Kamu lebih seperti mereka yang tidak pernah aku inginkan didalam doaku. Tapi entah mengapa, entah kapan bermula, dan entah bagaimana, justru kamulah yang membuat duniaku begitu berbeda, kamu mengalihkan pandanganku terhadap keruhnya dunia.

Kita tak pernah merencanakan ini. Pertemuan ini dan semua yang terjadi ini adalah sebuah misteri yang tak pernah kita sangka. Kamu yang jauh dari sempurna, telah membuat aku tak banyak memilih. Kamu yang tak sempurna, begitu indah. Perasaan yang terhempas hebat beberapa waktu yang lalu, mulai merangkak pelan kembali terbangun. Kamu indahkan kembali duniaku.

Ketika tangan kita mulai saling mengait, aku merasakan aliran darahku mengalir begitu cepat, detak jantungku mulai tak berirama, dan seakan aku terkesiap dalam gugup. Saat-saat kesepian menyergap, kamu menenangkan aku dalam sikap mu yang tak acuh. Kamu begitu acuh tapi entah kenapa aku begitu menikmatinya, ini tidak seperti biasanya, dan itu membuat aku tak mengerti. Kamu memperlakukan aku dengan sangat biasa tapi entah mengapa aku begitu menikmatinya dengan sensasi yang tak biasa. Kita banyak mempunyai kesamaan dalam cita-cita, mimpi kita hampir sama. Kamu membuat aku kembali bersemangat dengan mimpi-mimpi yang sebelumnya aku merasa akan sulit mendapatkannya, tapi setelah ada kamu, aku kembali percaya bahwa aku ah tidak sekarang aku menggantinya dengan kita, bahwa kita akan meraihnya bersama, someday...

Aku mengenalmu lewat segala keburukan yang kamu coba ungkapkan diawal kedekatan kita, tapi tak tau kenapa itu semua tidak membuat aku ilang feeling sama kamu. itu aneh bukan??? buta? i think so...
Kamu yang tak sempurna, kehadiranmu diwaktu yang tepat, membuat apa yang menurutku tak sempurna menjadi luar biasa. Kamu yang tak sempurna telah berhasil membuat aku bisa berkata " I LOVE YOU ". Ya walaupun kamu tak akan mendengar itu sekarang dari aku tapi someday, diwaktu yang tepat, di moment yang hebat, tunggu aku untuk menyatakan itu langsung kepadamu, untuk kamu, dan aku tau kamu menunggu jawabku atas itu.

Kamis, 31 Oktober 2013

K A M U

Aku mengenalmu lewat tulisan, sebuah nama yang pertama aku baca tanpa aku tau siapa pemiliknya. kita dikenalkan dengan sengaja oleh suatu organisasi yang sempat menaungi kita. tak ada kesan spesial saat pertama aku melihatmu, itu sekitar beberapa tahun yang lalu, saat kita sama-sama masih duduk dibangku SMA. 
      Kita tak banyak bicara atau sekedar saling menyapa, bahkan kita terkesan sangat jauh dan hanya akan ada kalimat yang keluar ketika kita saling membutuhkan bantuan, hanya itu. Kita seperti dua kutub yang tak saling melihat.
Aku memanggilmu si " Tiang Listrik "

kamu yang tidak terlalu aktif membuat aku semakin tidak mengenalmu, selain nama. kesibukan dan perbedaan pergaulan membuat kita semakin jarang bertemu. terlebih saat kita sudah mulai hidup dalam perantauan. kau dimana aku dimana, sebenarnya kita dekat hanya saja kita tak saling tau. kini tak hanya lagi jarang tapi kita memang sudah tidak pernah bertemu lagi.

dan....aku mulai melupakanmu.....

     entah kapan bermula, sepertinya beberapa waktu yang lalu ketika ketidak sengajaan, tanpa rencana dan bahkan tidak terpikirkan, alam kembali sepakat untuk mempertemukan kita. 
hay....kamu!!!

beda banget....kamu sudah bukan sosok yang seperti aku lihat dulu, dari segi fisikmu saja kini kau sudah tampak berbeda. pembawaanmu kini terlihat dewasa, kamu masih seperti dulu tak banyak bicara ketika tak menemukan sosok yang tepat, tapi kamu akan selalu menjelma menjadi sosok yang luar biasa cerewet ketika kamu sudah mulai merasa nyaman dengan sikon disekelilingmu. si " Tiang Listrik " sekarang telah berubah menjadi " Teletubies ".

  kamu masih memiliki tubuh paling tinggi diantara kami, malah kalau berdiri disampingmu, tinggiku hanya seketekmu saja.
tubuhmu sudah tak sekurus dulu, kini lebih berisi terlebih perutmu yang sepintas mirip wanita yang hamil 5bulan, itu kenapa aku memanggilmu " Teletubies " hahaha piss.
gak tau bagaimana, kita jadi dekat sekarang, kondisi yang tidak pernah terbayangkan bagiku sebelumnya.  mengenalmu yang sekarang berbeda jauh dengan dirimu yang dulu, kini kamu lebih terbuka. kamu ternyata orangnya lucu ya. gak pernah kehabisan bahan guyonan ya walaupun sering kali kamu menjadikan aku bahan becandaan saat kita sedang ngobrol berdua. tapi aku jadi sedikit banyak tau seperti apa kamu yang sekarang.

     dan kamu.... selalu punya rencana menarik untuk membuat aku selalu setuju. tapi kamu.... cuek mu itu yang membuat aku tak bisa membedakan kamu sedang serius atau bercanda, karena apapun kamu selalu menanggapinya dengan santai dan cuek. kadang aku membenci itu. tapi apapun kamu, walaupun selalu membuat aku migren setelah lama ngobrol denganmu, tapi kamu.... teman terkerenku saat ini, kamu iya kamu sembuh dong.....

Senin, 21 Oktober 2013

malam yang hebat untuk MESAKKE BANGSAKU by PANDJI PRAGIWAKSONO

“ Terima kasih kita masih berjalan bersama, tembus badai opini dan tsunami hujatan “
-Untuk Sahabatku, dari album 32-


                Tiga puluh lima derajat, parameter suhu yang terbaca oleh mata ku disebuah aplikasi yang tertera jelas dari layar smartphone Andromax milik bapak-bapak disebelahku. Suhu yang cukup bisa membuat butir-butir keringat menetes deras. Kepulan asap rokok dari mulut bapak-bapak pemilik smartphone itu membuat mata dan hidungku makin pengar selain  karena asap kendaraan yang berganti-ganti hilir mudik dihadapanku. Semakin lama berdiri, halte kecil ini semakin penuh saja, membuat keringat yang mengalir semakin tidak terkendali. Aku masih sempat mencuri lirik ke arah bapak-bapak yang tadi duduk disebelahku. Masih dengan rokok dengan asap yang terus mengepul keudara tangan kanannya terus asik bermain dengan andromax-nya seolah panasnya cuaca siang ini tak berarti lagi. Aku iri dibuatnya, andai saja aku juga punya Hp seperti dia pasti aku tak hanya membunuh waktu menunggu bis ini dengan mengeluh dan berkali-kali mengusap keringat yang memenuhi dahi. Hp jadul ku tiba-tiba berbunyi seolah merasa ketika sedetik lalu aku bersedih karena hanya memiliki dia.
Siang ini aku berdiri disini bukan tanpa alasan, siang ini aku rela bermandikan keringat bersama mereka yang entah pada mau kemana bukan tanpa tujuan, dan siang ini mendapat bonus bau ketek dari para mereka hanya karena satu tekat untuk segera berangkat dan tidak ingin terlambat.

                Aku mengambil lolypop dari kantong ransel yang ku gendong, sesaat sebelum bis yang akan membawaku ke Solo datang. Seperti dugaanku sebelumnya, bis bisa aku pastikan bakal penuh, dan benar saja tak ada bangku yang tersisa kecuali jok depan tepat diatas mesin yang bisa disimpulkan sendiri seberapa panas kalau duduk disana. Bus AC ini jadi tidak berasa AC karena posisi dudukku tidak memberiku ruang yang leluasa untuk menikmati perjalanan kurang lebih tiga jam kedepan. Hawa panas yang tercipta dari bagian bawah pantatku, yaitu mesin bis, dan tepat dari kaca depan bis ini sendiri, membuat aku tak henti-hentinya meringis.
Pukul 15:07 Wib, aku mendarat dengan manis dan penuh sahaja di Terminal Tirtonadi Surakarta, terminal yang selalu dengan setia menyambut kedatanganku setiap kali aku bertandang ke kota ini. Ini masih sore dan aku masih punya banyak waktu sebelum ke tempat tujuan utamaku malam nanti.  Dengan tas ransel yang masih dengan setia menemani kesendirianku hari ini, aku menghabiskan sore dengan menunggu senja  di langit Solo, langit dengan awan yang melengkungkan senyumnya kepadaku. Hingga langkah kaki di ujung senja mengantarkan aku pada gerbang yang menyambutku dengan hangat.

                Teater Arena Taman Budaya Surakarta, tempat inilah yang menjadi tujuanku hari ini. Kota Solo bukan kota asing buat aku, karena bagiku Solo masih menjadi rumah keduaku, tapi untuk masuk ke tempat ini, inilah pengalaman pertamaku. Nuansa jawa yang Solo banget mulai terasa begitu aku memasuki gerbang Arena TBS ini. Di koridor utama aku mendapati kursi yang berjejer rapi, awalnya aku pikir disinilah aku akan menghabiskan malam mingguku kali ini tapi ternyata aku salah, kursi yang tertata rapi itu untuk para tamu undangan pernikahan yang akan digelar malam nanti di pendopo utama Arena TBS ini, untung saja aku tak sembarangan masuk bisa-bisa kenyang aku disitu nanti hahaha. Pandangan aku arahkan pada sebuah sudut yang terjangkau mata, sebuah mobil terparkir didepannya. Aku berjalan mendekat dan benar saja mobil itu adalah mobil Smartfren yang menjadi sponsor utama dari acara yang akan aku lihat malam nanti. Berarti di ruangan inilah nanti acara itu akan digelar. Aku melihat beberapa mas-mas yang sepertinya mereka panitia hilir mudik didepanku yang masih mematung tak jauh dari mobil Smartfren tadi terparkir. Masih sepi, belum banyak yang datang padahal ini sudah pukul 17:39, sempat takut acara akan molor tapi aku ingat betul bahwa pengisi utama acara ini tidak suka molor alias ontime, aku kembali bersemangat. Langit berubah gelap dan hujan mulai turun tepat saat aku mulai berdiri mengantri untuk masuk ke tempat acara. Tepat disebelah kananku terlihat jelas poster besar bertuliskan judul acara yang akan menemaniku malam ini. Ya walaupun beberapa kali jatuh tertiup angin dan itu berhasil membuat para panitia kerepotan.  

                Hujan deras tepat saat aku memasuki sebuah ruangan yang tidak terlalu besar tapi terasa sangat hangat dan nyaman. Dengan deretan bangku kayu yang berundak keatas dan membentuk huruf U. aku memilih duduk dideretan paling depan, agar mata lebih leluasa untuk melihat ke panggung yang tegak berdiri didepanku. Panggung itu tidak terlalu besar, sempat kaget sebenarnya, hampir tidak percaya seorang yang sangat aku idolakan hanya akan beraktivitas dipanggung sekecil itu. Ini pemandangan dan tata ruang yang jauh berbeda dari tempat yang biasa aku datangi dengan acara yang serupa. Ada dua pintu yang berada dipojok atas kanan dan kiriku, namun hanya satu pintu saja yang difungsikan. Sementara disetiap pojok yang lain bertebaran standing barnernya smartfren. Pertunjukan baru akan dimulai setengah jam lagi aku menghabiskan waktuku dengan menikmati suasana jawa yang kental dari ornament gedung ini dan membaca beberapa brosur smartfren yang diberikan oleh petugas saat aku masuk tadi.

                Tepat pukul 19:00 lampu tiba-tiba meredup, hanya ada satu lampu sorot mengarah tepat ke tengah panggung sehingga siapa saja bisa dengan jelas membaca tulisan yang ada di spanduk besar yang dipasang di tengah panggung. “ MESAKKE BANGSAKU stand up comedy tour PANDJI PRAGIWAKSONO”. Seorang bertubuh padat masuk dan berdiri ditengah panggung, dia MC untuk malam ini. MC yang tak banyak bicara dan tak banyak basa basi atau beramah tamah dengan penonton seperti MC-MC lain yang biasanya memberi kesan menyenangkan pada acara seperti ini, MC kali ini terlalu sedikit bicara dan to the poin, beda sekali dengan beberapa MC yang aku lihat pada acara yang serupa ditempat lain.
Well acarapun dimulai, opener pertama dari comic local Solo, Indra Narendra. Comic gembul asal Boyolali, materi yang dibawakan lumayan, mungkin bila sedikit lagi diasah pasti akan lebih baik, tapi untuk hitungan comic local cukup menghiburlah. Lalu penampilan kedua dilanjutkan oleh Liant Lin, opener yang khusus dibawa oleh pandji untuk menjadi opener utama dalam tour stand up nya di Solo kali ini. Cowok yang tidak terlalu tinggi ini, keturuanan cina. Umurnya 21tahun dan dia calon dokter, siapa sangka hahaha jaman sekarang dokter gak Cuma jago nyanyi tapi ada juga yang jago stand up, ya macam dia itu. Pemanasan yang sangat menarik sebelum pada akhirnya kami harus siap untuk menahan kram perut karena tertawa nanti.



                Pandji Pragiwaksono, sosok biasa yang menurutku luar biasa. Cara pandang dan cara berfikirnya cerdas. Kalau om Indro kasih kompor gas aku bakal kasih dia kompor listrik, gak terlihat apinya tapi begitu ngerasaiin panasnya gak main-main, kerennya pake banget. Dengan memakai celana jeans biru, kaos bergambar logo “MesakkeBangsaku” dipadu dengan ini namanya jas apa cardigan ya entahlah apa namanya pokoknya warnanya putih. Ada sebuah meja dan kursi diatas panggung, penampilan yang tak biasanya. Ini bukan kali pertama lihat pandji stand up secara langsung. Tapi ini untuk pertama kalinya melihat pandji sesantai ini. Panggung yang tadi aku pikir terlalu kecil untuknnya, ternyata bisa dia sulap menjadi senyaman itu hanya dengan dia tak banyak bergerak alias duduk. Kami seperti tidak sedang melihat suatu pertunjukan melainkan sedang ngobrol santai, mendiskusikan banyak hal dengan selingan tawa yang menghangatkan keakraban kami di sabtu malam ini.

                Pandji membuka pertunjukannya dengan begitu mempesona, dia terlihat sangat nyaman dengan panggung kecilnya, kursi dan meja yang diatasnya ada sebotol air mineral dan secangkir kopi yang ditengah acara dia sempat minta isi ulang. Keresahan-keresahan yang dia coba sampaikan kepada kami membuat kami tak henti-hentinya ber “ooo” ria dan tertawa terbahak sampai mulut dan perut kompak merasakan kram. Seperti tema yang dia bawa, malam ini dia banyak membahas masalah persatuan, masalah ekonomi, politik, pendidikan dan sebagai penyempurna dia tak pernah absen untuk berbagi cerita tentang keluarganya, tentang Dipo…si imut yang hmmm pengen ngebungkus dan aku bawa pulang aja deh rasanya.
Pembicaran bergulir dari masalah kaum minoritas yang ada di Indonesia. Dari pandji aku jadi tau prosentase mereka. Mulai dari golongan minoritas yang banyak dipandang sebelah mata sampai kaum minoritas yang justru menguasai hampir sempurna perekonomian di Indonesia. Pembicaraan menarik yang dikemas rapi dalam sebuah materi stand up comedy. Dengan halus tema berganti pada masalah pendidikan dengan mengambil perbandingan dengan salah satu Negara yang punya system pendidikan paling bagus. Aku dibuat mengerti dengan banyak hal dan aku dibuat gelisah dengan fakta-fakta tentang Indonesia yang selama ini kurang aku perhatikan. Benar memang kalau Indonesia itu perlu dikasihani, aku jadi mengerti kenapa Pandji mengusung tema ini. Nasib bangsa ini tidak lain dan tidak bukan ada ditangan generasi mudanya itu kenapa lewat stand up Pandji ingin menularkan kesadaran nasionalisme itu kepada generasi penerus bangsa, kalau bukan kita yang peduli pada nasib bangsa, mau siapa lagi?. Malam ini sungguh luar biasa, dia banyak menularkan ilmunya kepada kami terlebih aku, ini seperti kuliah dengan sensasi stand up comedy.

                Ada Pandji pasti bakal ada yang kena rifting, itu kenapa untuk orang yang berpengalaman pasti memilih untuk tidak duduk paling depan atau berpenampilan mencolok sehingga menarik perhatiannya. Malam ini yang jadi korban rifftingnya Pandji ada dua orang, mas-mas berkaos ijo yang selama pertunjukan Pandji suka sekali memanggilnya “Tujuh” dan seorang berbadan padat berisi yang bila dibandingkan fico comic SUCI3 dia lebih bengkak lagi. Mereka berdua yang menjadi camilan kami disela hidangan inti dari materi-materi Pandji. Entah sudah berapa kali aku tertawa sampai terjongkok karena tingkah polah pandji yang begitu absurd.
Setiap menit yang bergulir, kehangatannya semakin mengakrabkan kami. Perasaan nyaman ini membuat aku tidak ingin acara ini cepat berakhir, tapi waktu tidak sependapat, dengan senyum yang tulus pandji pun mengakhiri stand up comedynya, reflex aku berdiri untuk bertepuk tangan sekaligus itu caraku untuk mengucapkan terima kasih kepadanya atas pertunjukan hebat dan pembelajaran yang keren darinya. Senyumkupun seolah tak mau lepas sampai pada akhirnya sesi foto bareng pandji dimulai. Ketika semua penonton mengantri dengan senangnya untuk berfoto bersama pandji, aku masih dengan tenang duduk dibangkuku sambil melihati tingkah mereka. Banyak senyum disana semua tampak begitu puas malam ini. Tak ada keluhan atau cercaan yang aku dengar walaupun kuping sudah kupasang baik-baik, semua yang aku dengar hanya pujian, pujian dan pujian untuk pandji, gila ini keren banget, pandji memberi kami kepuasan ditengah dahaga kebodohan yang tidak kami sadari. Mataku semakin terbuka kini. Pengalaman luar biasa yang tak akan aku lupakan.

                Aku berdiri otak memintaku untuk segera keluar dari tempat ini, tapi langkah kaki sedang tidak kompak, yang ada dia malah membawaku semakin dekat dengan panggung. Memasukkan aku dalam antrian panjang, degub jantungku kian tak menentu ketika kusadari antrian semakin menipis dan aku semakin dekat dengan giliran. Bukan karena aku tak ingin berfoto dengan pandji, siapa coba yang tidak ingin foto bersama dengan orang sekeren dia tapi aku malu karena diantara orang-orang yang hadir disini hanya aku yang berbekal hp butut, semoga saja mas-mas yang membantuku mengambil gambar nanti tidak tertawa dibuatnya. Hp jadulku kini sudah berpindah tangan, seorang mas-mas berkaos hitam membawanya dan bersiap mengambil foto. Pandji melihatku yang ragu-ragu, dia ulurkan tangannya panjang untuk meraih tanganku, sejenak dia amati aku yang kini berdiri tak jauh darinya. Aku tau apa yang menyita perhatiannya, pasti bukan karena mukaku yang aku jamin jelek banget dan tak berbentuk malam ini tapi karena kaos yang aku pakai.
“ wuihhhh..kaosnyaaaa…. kerennnn!!!” kalimat itu yang keluar dari mulutnya setelah menyambut tanganku, dengan bangga akupun menjawab.
“ kaos album 32 nih bang!!!”



Seketika itu juga rasa ragu itu hilang menjelma dengan sempurna menjadi percaya diri, ku jabat lagi tangannya, terakhir sebelum langkah ini menjauh pergi, perlahan menjauh dari panggung kecil ini, keluar dari gedung ini dan berjalan semakin jauh dari Arena TBS ini. Terima kasih untuk malam yang luar biasa, kini aku bisa pulang dengan segala kelegaan yang membayar lunas semua kelelahan hari ini dan aku bersiap untuk hari nanti. Terima kasih Pandji Pragiwaksono untuk belajar barengnya, perjalan pulang 3jam ini aku pastikan tidak akan terasa, itu semua karena malam yang keren ini. 

#masih ada yang tertinggal sebenarnya, waktu sesi tanya jawab sebenarnya aku pengen bertanya tapi sayang aku tidak mendapat kesempatan
" bang, aku tau seberapa peduli abang sama politik, lantas kenapa abang tidak masuk dunia politik? "

Selasa, 17 September 2013

DEJAVU

Ini seperti pernah terjadi sebelumnya bahkan aku bisa bilang ini sering terjadi sebelumnya. Gak pernah bisa ngerti sama setiap ending dari segala hal yang berawal dari ini, karena pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah tangis. Setiap kali ini mulai berawal aku selalu berharap akan mendapat ending yang indah, tapi sejauh ini masih sama saja....dan sekarang ini mulai terjadi lagi. Aku benar-benar berharap untuk yang kesekian kalinya lagi bahwa ini tak akan berakhir dengan sia-sia lagi. Aku bahkan sudah terlalu lelah untuk berharap akan hal ini. Aku selalu mencoba pasrah, ataukah aku harus bersabar pada sebuah kemungkinan 1% dari 100% itu?



 Kata orang sukses itu akan datang setelah berjuta kali gagal. Masa iya untuk urusan yang satu ini aku juga harus menungga selama itu? sepertinya aku sudah terlalu lama menunggu, bertahun-tahun untuk ini. Aku tak pernah lelah sebenarnya andai saja aku tak pernah dihimpit waktu. Aku masih sabar dan bisa menunggu selama yang dia mau tapi kondisiku mengharuskan yang lain, dan itu kenyataannya. Belakangan ini aku terus bertanya, bertanya dan tak pernah lelah bertanya hingga suatu hari semua ini berawal lagi. Entah ini sebuah pertanda atau memang sebuah jawaban aku belum mengerti hanya saja yang aku tau aku selalu menikmati setiap prosesnya. Entah apapun yang akan menjadi akhirnya nanti, seakan aku ingin tak peduli. Tapi aku tak bisa pungkiri bahwa rasa pahit itu tak terperi. Semoga ini cepat terlalui, agar rasa yang terumbar tak terbiarkan mati dengan luka

Senin, 29 Juli 2013

Ritual tahunan



                Ramadhan itu memang bulan penuh berkah karena hanya di bulan Ramadhan, ritual tahunan ku bersama teman-teman selalu rutin terjadwal.  Untuk tahun ini ritual kami adakan tanggal 28 Juli kemarin. Seperti biasa jauh hari sebelumnya bahkan sebelum puasa saja kita sudah mengagendakan ini. Biasanya selalu tepat tapi kemarin ternyata meleset sehari dari jadwal yang ditentukan pertama. Awalnya kita mengagendakan hari sabtu, sekalian malam mingguan gitu eh tapi ternyata temenku yang paling bolot mengganti jadwal sekenanya. So demi dia seorang akhirnya mengalahlah kita semua….
Siang itu sms dikirim kesemua anggota untuk peringatan terakhir akan jadwal ritual kita. Kumpul tepat jam 4 sore tapi maklum saja Indonesia itu selain Negara penghasil korupsi terhandal, ternyata juga penghasil karet terbesar, buktinya aja jam selalu saja ngaret. Undangan jam4 terealisasinya jam5 nah itulah salah satu contoh kebiasaan buruk kenapa kita selalu tertinggal dari Negara-negara lain, lha jam karetnya dipelihara mulu sih.

                Tiga mobil terparkir rapi didepan salah satu rumah yang telah disepakati untuk dijadikan basecamp kami. Dulunya rumahku tapi berhubung sekarang aku jarang eksis akhirnya tergantilah posisi basecamp ketempat yang lain. Setelah semuanya berkumpul, berangkatlah dengan terhormat kami ber13 menuju ke arena pengembaraan. Iya ini sepertinya terlalu berlebihan harusnya kalau dilihat dari jumlah pengikutnya, mobil dua saja kurasa sudah cukup, tapi berhubung tiga mobil sudah terlanjur keluar alhasil sayang ajalah kalau balik kandang lebih cepat.
Perjalananpun dimulai, tempat tujuan kami setiap tahunnya selalu berganti, dan untuk tahun ini kita memilih sentra ayam panggang gandu, monggo datang ke Magetan kalau yang pengen tau hehehe promosi wisata kuliner colongan nih. Sehari sebelumnya kita sudah booking tempat karena kalau tidak bersiaplah menunggu giliran sampai brewokan. Kami sengaja memilih jalan alternative alias blusukan ke desa-desa demi menyingkat waktu sob, soalnya waktu berbuka udah mepet pakai banget pula.

                Cerita mulai berawal tatkala aku diberondong sms-sms keluahan dari si biang bolot. Dasarnya tu anak gak pernah lewat ini jalan sebelumnya, complain mulai bermunculan mulai dari yang jalannya sempit amat, sampai yang mobilnya takut ketinggalan, yang jauh, yang dia kehalang mobil lain sehingga gak bisa liat mobilku, halah pokoknya segala macam keluhan mewarnai sepanjang jalan menuju tempat pertama ritual. Sesampainya di area gandu, terlihat suasana yang riuh ramai membahana. Kita telat datang, jadinya parkiran sudah mulai penuh dengan para pengembara yang lain. Mulailah itu si biang bolot kambuh lagi ngomelnya.
Aku yang merasa bertanggung jawab atas ini langsung saja membagi tugas dengan cepat. Aku dan Adit, berlari menuju tempat ritual untuk memastikan ulang pesanan kita yang kemarin. Sementara Tiar dan dibantu oleh beberapa anak berusaha mencari tempat parkir untuk ketiga mobil kita. Setelah perjuangan yang cukup sengit yang diwarnai oleh perebutan lahan parkir dengan para pemilik mobil lain akhirnya mobil-mobil kami berhasil terparkir dengan baik walaupun tiga mobil berada di tiga tempat yang berbeda. Setelah semua anggota aku pastikan lengkap aku langsung membawa mereka ketempat dimana pesanan kami sudah tertata dengan rapi. Baru saja kami duduk Adzan Maghrib sudah berkumandang, tanpa perlu aba-aba lagi kurasa, secepat hembusan angin tangan-tangan mereka dengan lihai satu per satu mengambil gelas-gelas es jeruk yang aku pesan sengaja lebih banyak dari pada jumlah yang hadir, karena aku tau kerongkongan-kerongkongan mereka yang kering tak akan cukup terbasuh hanya dengan segelas es jeruk saja.

                Ritual pun dimulai selang kurang dari satu menit mereka berebut minum. Dengan brutalnya mereka beradu tangan dan kecepatan untuk menyambar satu per satu hidangan yang telah tersedia. Seneng ngeliat ini, kami terlihat bersama dan menjadi satu tak ada lagi perbedaan kasta si kaya dan si miskin disini, karena saat lapar muka-muka kita sama. Dengan selingan tawa dan celetukan cerita kami berbaur sore itu, langit yang tadinya masih menyisakan semburat caklawala kini total gelap saat kami selesai menghabiskan semua yang ada dihadapan kami. Shalat Maghrib berjama’ah menjadi pelengkap sempurnanya ritual kami hari itu.
Dari sini ritual tentu saja belum selesai. Ada satu lagi tempat yang wajib kita datangi setiap tahunnya. Mobil mulai beriringan kembali keluar dari area Gandu. Perjalanan kami lanjutkan ke kota berikutnya yaitu Madiun. Jalanan mulai padat, sehingga mobil-mobil kami mulai terpencar jauh satu sama lain. Kami hanya berkomunikasi dengan sms dan telephone untuk menentukan tempat bertemu. Akhirnya kita memilih alun-alun kota untuk berkumpul terlebih dahulu tapi berhubung alun-alun malam itu sangat ramai, parkir mobil kitapun kembali berpencar jauh-jauh. Tak nyaman rasanya berbicara dengan rentang jarak yang seperti ini, akhirnya kami memutuskan untuk berpindah tempat lagi, dan kita memilih lapangan Gulun. Disana ditempat yang lumayan sepi itulah akhirnya kami bisa bersama, berfoto-foto bersama, mulai mebahas tujuan berikutnya juga.

                Dan inilah finalnya tempat tujuan tahunan kita, tara tara tara Pentol Ceker kremes haahaaa simple bingit yak, tenyata yang sederhana itu memang yang paling pas, duduk lesehan beralaskan tikar kami berkumpul dan duduk melingkar. Kami mulai berbagi cerita sambil ditemani segelas es teh dan sepiring pentol ceker kremes tapi sialnya hanya piringku saja yang tanpa kremes, ini sepertinya ada diskriminasi piring yang terjadi pada kami.
Dari percakapan yang tarik ulur, malam itu ada sebuah kesepakatan yang terjadi. Yihay….kami mau liburan bareng, gak muluk-muluk dan gak jauh-jauh banget juga, kami akan berlibur ke Malang selama dua hari, asek…..udah kebayang gimana serunya kalau dua hari aku lewati bersama mereka-mereka ini. Tapi itu kita bahas nanti lagi, semoga saja jadi, amin hehe.

Malam semakin pekat dan dingin kamipun memutuskan untuk balik kandang. Besok senin dan kami akan memulai aktivitas kami masing-masing lagi. Perjalannan pulang sudah saling kebut saja tak lagi menghiraukan kebersamaan. Mobil ku yang paling belakang berjalan dengan santai. Nahkodaku malam itu adalah Bram, ada yang mau kenalan mungkin???
                Ditengah perjalanan mobil kami melihat mobil yang dinahkodai Aji terparkir dipinggir jalan. Awak kapal saling keluar dan melambaikan tangan mencoba memberi kami isyarat untuk berhenti. Dengan gesit Bram menghentikan mobilnya. Kami berduyun keluar memastikan tidak terjadi apa-apa tapi kampretnya dugaan pertama kamilah yang benar, mobil itu mogok!!!! Muka-muka panic mereka tergambar jelas. Angin malam yang dingin langsung saja menyambut kami begitu keluar mobil, bulu kudukpun meremang tanpa pamit. Jalanan sudah sepi, ini sudah hampir tengah malam, dan bisa dipatikan tak akan ada bengkel yang buka, kami masing-masing ribut dengan HP kami masing-masing demi menghubungi orang-orang untuk meminta bantuan. Kampret tak seorangpun yang bisa datang, bahkan teman kami si ahli mesinpun sedang hijrah ke negeri antah barantah. Lama kami terdiam duduk berderet, menahan kantuk dan dingin, satu jam terlewati hingga tubuh mulai menggigil. Hawa pegunungan suka gak mau kompromi nih.
Entah kebijakan siapa yang tertuang indah yang memberikan kebijakan pada kami kaum hawa untuk bisa pulang duluan. Dan Bram nahkoda setiaku mengantar kami. Entah bagaimana nasib mereka para pejantan malam itu, yang aku tahu dimalam berikutnya semua wajah kembali normal seakan tak pernah ada masalah apapun sebelumnya, syukurlah….brarti malam itu mereka bisa mengatasinya dengan baik.
#belakangan info akurat yang aku dapat adalah, Bram balik lagi kesana dengan membawa beberapa liter bensin, dan tuh mobil mogok bukan karena rusak tapi karena keabisan bensi, wo lha kampret….--__--

Sabtu, 27 Juli 2013

My Edelweis

Lagi kangen banget sama Solo nih. Kota yang hampir 5tahun aku tinggali. Kota yang telah banyak mengenalkan aku pada orang-orang hebat yang banyak memberiku manfaat dan pelajaran berharga, mulai dari yang namanya susah seneng sampai gilanya juga. Kota yang udah ngasih aku begitu banyak sahabat, dan orang-orang terbaik. Solo....kota dengan berjuta kenangan....

Aku punya begitu banyak teman yang cukup unik disana, mulai dari yang polosnya kepolosan sampai yang nakalnya kebangetan. Yang polos kalau diajak ngobrol nyambungnya suka beberapa hari setelahnya, dan kalau yang nakal koleksinya bukan main-main lagi....apa coba tau gak? Pil KB, gila...aku aja sempet syok begitu dengan bangga dia pamerin deretan Pil KBnya padaku, aih masih aja ada orang yang beginian, aku pikir udah punah kapan abad yang lalu.

Suka senyum sendiri kalau inget tingkah-tingkah konyol jaman masih jadi anak kos dulu. Setiap hari ada aja sesuatu yang bisa jadi cerita baru, mulai dari yang ancur sampai pada alam pertobatan. Satu teman sebut saja namanya Lia. Sosok tomboy yang gak kenal sama yang namanya baju cewek kecuali dia sangat terpaksa sekali harus kudu dan wajib buat makainya. Rambut pendek terkesan model rambut cowok. Kaos dan celana pendek selalu jadi langganan identitasnya. Dia suka banget nyanyi, cita-citanya jadi the next Indonesia Idol, ya walaupun hanya dalam mimpi, abisan ikutan audisi aja kagak pernah tapi mimpinya selalu tinggi, hadeh. Dulu kami sering tidur bareng, awalnya serem tau tidur bareng dia, berasa tak pernah aman. Ketakutan akan diperkosa olehnya selalu timbul tatkala inget dia itu semi cowok. Tapi untungnya dia gak sampai sekhilaf itu, dan ternyata dia normal sodara-sodara. Ada cowok yang salah penglihatan sehingga mau jadi pacar si gendud yang tomboy itu hehehe....

Tidur sama dia itu jarang menemui yang namanya kedamaian. Setiap kali kami mau tidur pasti ada aja yang terjadi. Ini tentang obsesi-obsesi kami yang tak terarah dan tak tersalurkan. Kami suka foto, pengen jadi foto model tapi berhubung kami ini orang yang cukup sadar diri walhasil kami tak pernah mau mencobanya, karena hanya akan mempermalukan diri sendiri saja, itu kenapa akhirnya kita dengan bijak memilih cara tepat untuk menyalurkan salah satu obsesi kami itu. Caranya simple, jadi setiap kali mau tidur biasanya kami berdua seolah sedang berada pada sikon foto session, diatas tempat tidur dengan lihai dan kompak sesuai hitungan kami berganti pose demi pose. sudah berasa mirip foto model handal saja kalau sudah begini. Bertingkah random, bergaya alay dan hadeh apa yang dulu ada dalam pikiranku ketika melakukan seperti itu ya, gak abis pikir. 

Gak cuma itu, kadang kita juga dengan random memperagakan apa saja yang mejadi obsesi-obsesi tak tersalurkan kami. Kadang kami bernyanyi dengan seolah kami sedang konser. Kadang kami beracting seperti sedang menerima penghargaan dan memberi kata sambutan dan ucapan terima kasih. Bisa juga kami seolah-olah sedang syuting film dan sedang berada pada salah satu agedan didalamnya. Tak jarang kami membaca sebuah buku dengan gaya seorang penyiar berita. Dan yang paling sering yang ini, pura-pura jadi host infotaiment dengan mengangkat gosip-gosip terbaru yang terjadi pada teman-teman kos yang lain, dan biasanya sesi ini penggemar kita paling banyak dan pada antusias. Ah dasar para gosiper....

Tapi siapa sangka tingkah kita yang suka ngasal itu sekarang bisa jadi cerita yang selalu bikin kita sukses kangen masa-masa itu. Masa yang mungkin saja tak akan pernah kita bisa ulangi lagi, semua tak sama sekarang, aku dimana dan mereka semua entah pada dimana, masih pada utuh atau udah belah jadi lima pun aku gak tau. 

Jaman perantauan itu emang jaman yang penuh banget sama kenangan. Susah seneng bareng-bareng tapi lebih sering kesusahnya sih kalau pas ngajak bareng-bareng, soalnya kalau lagi pada seneng suka pada lupa ngajak, emang sialan mereka itu. Kebiasaan rebutan kamar mandi kalau pagi. Suka teriak-teriak dan ngomongnya pada kenceng (kasian tetangga, untung mereka adalah warga masyarakat yang cukup terpaksa untuk tabah). Suka saling debat tapi abis itu saling senyum, suka berantem tapi abis itu saling peluk, suka berbagi cerita abis itu nangis bareng, suka pulang malam abis itu digrebek pak RT dan warga. Seru kalau ingat kebersamaan bareng mereka. Apalagi kalau malam minggu gini, kalau lagi gak pada diapelin suka banget jalan bareng walaupun gak jauh-jauh dari kos.
Palingan cuma dijagung bakar ujung gang. Jagung bakar plus coffeemix, menu andalan buat nongkrong. Kalau gak gitu biasanya pisang bakar atau gak nasi kucing plus sama sundukan (sebutan untuk segala jenis sate-satean ala hik's). Kita dulu juga suka banget ngumpul diruang tamu depan demi untuk nonton TV bareng, ditemani oleh kuaci seharga Rp.500/bungkus. Yang paling dikangenin itu curhat barengnya, :'( sekarang aku gak punya temen curhat dadakan lagi. Kalau jaman kos dulu tiap kali ada masalah, nyampe kos tersedialah banyak kuping untuk berbagi, dan sekarang jadi kangen sama mereka-mereka sang penyedia kuping dan bahu.

Buat kalian para sahabat-sahabatku dimanapun kalian berada sekarang, baik-baik ya semua, i'll always missing u guys....hope someday we'll get together again....

Jumat, 26 Juli 2013

Amin = Maem


Aku punya dua keponakan yang masih kecil-kecil. Dasar bocah tingkahnya sering kali random dan tidak terduga. Pernah pada suatu malam saat aku sedang menemani mereka yang hendak tidur justru dibikin terbengong dengan kalimat pendeknya.
Untuk yang kecil panggil saja namanya Tata,
Aku " Ta, yuk nyanyi yuk, Tata bisa lagu pelangi-pelangi " tanyaku padanya, yang kemudian dengan suara cadelnya dia mulai bernyanyi terpatah-patah. Selesai satu lagu aku kembali bertanya " Kalau lihat kebunku Tata bisa? " tanpa menjawab diapun langsung saja bernyanyi. Selesai lagu kedua kemudian dia yang balik tanya, " Te, tante bisa nyanyi nina bobok? ", aku tersenyum simpul sebelum pada akhirnya aku melakukan konser kecil untuknya. Selama aku bernyanyi aku melihat tampang bengongnya terus saja melihat ku dengan lekat, kenapa ini bocah batinku. Begitu aku selesai bernyanyi langsung saja dia nyeletuk, " Kok tante bisa??? " 
what??? petanyaan macam apa itu. "Kok tante bisa?"....lha emang kamu pikir kamu doang yang bisa nyanyi, aku juga bisa, lagian emang siapa yang ngajarin kamu nyanyi kalau bukan aku. lha kenapa sekarang malah pasang tampang heran tau aku bisa nyanyi, ciprik ni bocah. Aku udah 26tahun, banyak lagu yang udah sering mampir kuping dan aku hafal, nah kamu baru juga 3tahun belum utuh udah main sok heran ngeliat aku bisa nyanyi lha maksudnya apa coba.... --__--

Itu baru contoh satu tingkahnya yang ngeselin, gak jarang tu bocah randomnya suka bikin mamiku geleng-geleng suka aneh, pernah juga nih waktu nemenin mami ku masak. Waktu itu mami yang masih sibuk masak, disampingnya ada dia yang lagi maenan boneka. Belum selesai mami masak tiba-tiba ada tamu, otomatis ditinggallah masakan itu bentar buat nemuin tamu, eh tu si ciprik dengan galaknya teriak " Yangti, kalau masak jangan ditinggal-tinggal doang, kalau hangus aku gak mau makan lho ya, ada siapa sih suruh pulang aja, kesininya nanti lagi kalau masaknya Yangti udah selesai ". Bayangpun apa coba yang bakal tu tamu pikir kalau ngedenger bocah 3tahun hendak ngusir dia dengan cara yang cukup rapi.

Gak cuma itu, si ciprik kecil itu genitnya amit-amit. Pernah tu suatu sore saat dia main kerumah, dia melihat sepatu kerjaku didekat pintu dapur. Tanpa babibu diambilnya tu sepatu terus dipakai, diapun berjalan dengan sedikit menyeret dan terlihat kesusahan karena selain sangat kegedean tu sepatu ada haknya juga. setelah dirasa cukup berdiri pada tempat yang dipikir strategis untuk memberi suatu pengumuman diapun berhenti dan berteriak lantang. " Karena aku pake sepatunya tante, Jadi mulai sekarang kalau manggil aku harus Mbak Tata, dan kalau manggil tante gak boleh Mbak iin tapi cukup iin aja ", dan mulai detik itu juga sampai sekarang tu bocah gak pernah nengok apalagi ngejawab kalau diapanggil nama aja, harus kudu wajib pakai awalan Mbak dulu...hadeh..keturunan siapa sih ni bocah?.

Beda lagi sama kakaknya. Walaupun si kakak gak sekampret adiknya tapi sikap randomnya gak jauh dari adiknya. Ini bulan ramadhan kan ya, tau sendiri selalu ada shalat tarawih selesainya shalat isya'.
Berhubung masjid letaknya didekat rumahku, secara otomatis tu anak-anak kecil selalu ngikut shalat tarawih ya walaupun disana cuman numpang tidur doang sih. Ya mungkin cuma mau ngasih kerjaan tantenya aja buat ngegendong dia tiap abis tarawih pulang kerumah. kejadian itu hari ini, si kakak minta pakai mukena, katanya mau ikutan shalat. Okay berhubung ada mukena kecil bekas ponakan yang sekarang udah jadi gede, aku pakaiinlah tu mukena padanya. sampai dimasjid dia tidak langsung mengheningkan cipta seperti biasanya. dia ikut shalat tapi disinilah dimulai biang bencananya. Pada tau semuakan kalau shalat jama'ah kelar si imam baca Al-Fatiah pasti semua jama'ah akan berteriak "AMIN"...nah apa yang terjadi pada si kakak, disaat semua makmum berteriak amin si kakak malah dengan lantang dan PDnya teriak "MAEEEEMMMM"...gila aku, mami dan kakak yang saat itu berdiri tepat disamping-sampingnya spontan tak lagi khidmat pada prosesi shalat seutuhnya gara-gara teriakan si kakak, antara nahan ketawa, malu dan wah berasa campur aduk deh, dan itu terjadi lagi pada bacaan Al-Fatihah diraka'at selanjutnya, haduh anak siapa sih ni...enggak banget deh. Kelar shalat isya' kita breafing lah dia rame-rame, eh malah jawabannya simple banget, " Kalau semuanya sudah pada teriak amin, kenapa aku gak bole teriak maem, kan aku laper..." polosnya ini anak ngajak berantem aja --__--

Note hari ini, buat kalian siapapun anda, jangan lupa kasih makan anak sebelum ngajak dia kemasjid untuk shalat jama'ah agar dia tidak berteriak-teriak minta makan seperti yang barusan terjadi padaku, malu sumpah.....
 

Kamis, 25 Juli 2013

Dan aku berhasil basah....



Emang jaman sekarang penyakit itu gampang banget nular yak. Semisal aja galau, hayo coba bukannya yang bisa galau itu manusia doang yak?  ini kenapa orang-orang jadi suka banget mengkaitkan sesuatu yang gak semestianya alias random menjadi galau coba…
Liat kucing diem, tiduran dipojokan dapur, digodainpun diem, mereka sebut tuh kucing galau. Padahal siapa tau aja tuh kucing lagi berusaha nyembunyiin makanan yang barusan dia curi dari dapur. Orang itu suka berlebihan kalau liat kucing nya hamil, sibuk ngurusin itu bapaknya siapa padahal nih tu kucing juga nyantai sob. Udah gitu ada lagi…siaran TV yang terkadang kena tunda gara-gara program lain yang belum kelar, dengan gampangnya kebanyakan orang langsung nyeletuk ah TVnya galau nih, heh asal kamu tau ya itu bukan TVnya yang galau tapi kamunya, pakai segala TV disalah-salahin. Nah hal terbaru yang terjadi sama aku sepertinya boleh juga aku minjem istilah galau.

                Iya jadi begini nih ceritanya. Sekarang itukan bukan hal mustahil ni ya kalau ngliat ujan dibulan yang harusnya musim kemarau. Juni juli aja masih ujan mulu, buat yang ngerasain banjir, kenyang, kenyang deh tuh hehehe piss.
Nah beberapa hari ini sikon aku rasain udah mulai kondusif. Matahari udah mulai konsisten juga membagikan sinarnya, sehingga awan hitam tidak berkesempatan untuk menerobos barisan pertahanan, singkatnya beberapa hari ini bisa dipastikan keadaan aman terkendali tanpa hujan. Tapi alam berbicara lain…kemarin siang tepatnya lewat tengah siang, langit cerah yang panas tiba-tiba tergeser oleh terpaan angin dingin yang bersamanya awan abu-abu tua mulai tampak. Status temen-temen di BBM ataupun twit udah banyak yang mengabarkan ujan mulai turun bahkan ada yang angin setia menemani hujan.
Prasaan mulai gak enak, teriaklah aku ke kasirku, kusuruhlah dia untuk cepat keluar buat transfer ke bank sebelum hujan benar-benar mengguyur kota, tapi belum juga pesan itu tersampaikan rintik kecil manja hujan mulai berjatuhan, alamak musim apa ini sebenarnya?.

                Jam menunjukkan waktunya aku pulang dan dengan kampretnya hujan yang tadinya turun gerimis manis justru malah semakin merapatkan barisan. Pikirku ah sudahlah ada jas hujan ini paling juga Cuma kedinginan dijalan, dengan santailah aku menuju tempat motorku bersemayam. Pelan ku buka jok motor berharap ada pertolongan muncul dari sana, tapi apa yang aku dapat…ZONK….wajah mulai panic, peluh berjatuhan dan air muka mulai memucat, sialan, ini sih kampretisme kelas tengiri, jas ujan yang barusan aku pakai kemarinnya hari lupa ku masukin lagi kedalam jok walhasil harus rela berbasah ria diantara hujan.
Berbekal jaket dan penutup hidung kumulailah ekpedisi kepulanganku bersama hujan. Hujan semakin merintik, rasa lega tiba-tiba bersemanyam dalam batin. Mampir sebentar kesebuah pom bensin untuk memberi minum pada motorku yang sedang tidak berpuasa. Baru selesai aku bayar uang bensin sore itu langit yang tadinya sudah mulai menampakkan jejak-jejak sinar matahari kembali terhempas indah oleh hujan deras beserta anginnya. Aku yang hanya bisa terbengong dan mematung melihat semua dengan anggun. Berdiri bersandar pada sebuah tiang besar berharap angin tak sampai menerpaku kesini. Mulai banyak berdatangan orang-orang yang juga ikut berteduh bersamaku. Hujan semakin membuat angin bergerak dingin, aku tak akan merasa kesepian kalau saja ada kamu disini. Eaaaa apalagi ini, lupakan.
                Hampir satu jam berlalu, hujan tak kunjung mereda, ku tegadahkan kepalaku berharap Tuhan melihatku dan berbaik hati untuk menghentikan hujan sejenak setidaknya sampai aku dirumah. Tapi apalah daya seorang pengembara, hujan masih tetap berjatuhan. Selang beberapa saat akhirnya aku putuskan juga untuk nekat. Aku kembali melaju pada jalanan yang tampak begitu sayup karena basah, perlahan dinginnya air hujan sudah mulai menembus jaket dan menyentuh kulitku. Sampai pada akhirnya aku dinyatakan total basah kuyup tak ada bagian dari sisi tubuhku yang masih bersisa kering, semua basah. Setengah perjalanan sisa ini aku habiskan dengan tubuh yang menggigil.
Masih mending kemarin berangkat pakai celana yang semi kering nah lha ini…hadeh plis deh air lo gitu banget sama gue. Pasti dia mikir mungkin lo kemarin bisa selamat dari celana basah tapi yang perlu lo ingat kali ini gue nggak akan ngebiarin elo mengelak lagi.
Saat-saat seperti ini hanya bisa berharap, Tuhan paringi kulo mobil BMW mboten nopo-nopo, lak mboten, Pajero sport mawon kulo nggih ikhlas, hehe…