Ramadhan itu memang bulan penuh
berkah karena hanya di bulan Ramadhan, ritual tahunan ku bersama teman-teman
selalu rutin terjadwal. Untuk tahun ini
ritual kami adakan tanggal 28 Juli kemarin. Seperti biasa jauh hari sebelumnya
bahkan sebelum puasa saja kita sudah mengagendakan ini. Biasanya selalu tepat
tapi kemarin ternyata meleset sehari dari jadwal yang ditentukan pertama.
Awalnya kita mengagendakan hari sabtu, sekalian malam mingguan gitu eh tapi
ternyata temenku yang paling bolot mengganti jadwal sekenanya. So demi dia
seorang akhirnya mengalahlah kita semua….
Siang itu sms
dikirim kesemua anggota untuk peringatan terakhir akan jadwal ritual kita.
Kumpul tepat jam 4 sore tapi maklum saja Indonesia itu selain Negara penghasil
korupsi terhandal, ternyata juga penghasil karet terbesar, buktinya aja jam
selalu saja ngaret. Undangan jam4 terealisasinya jam5 nah itulah salah satu
contoh kebiasaan buruk kenapa kita selalu tertinggal dari Negara-negara lain,
lha jam karetnya dipelihara mulu sih.
Tiga mobil terparkir rapi
didepan salah satu rumah yang telah disepakati untuk dijadikan basecamp kami.
Dulunya rumahku tapi berhubung sekarang aku jarang eksis akhirnya tergantilah
posisi basecamp ketempat yang lain. Setelah semuanya berkumpul, berangkatlah
dengan terhormat kami ber13 menuju ke arena pengembaraan. Iya ini sepertinya
terlalu berlebihan harusnya kalau dilihat dari jumlah pengikutnya, mobil dua
saja kurasa sudah cukup, tapi berhubung tiga mobil sudah terlanjur keluar
alhasil sayang ajalah kalau balik kandang lebih cepat.
Perjalananpun
dimulai, tempat tujuan kami setiap tahunnya selalu berganti, dan untuk tahun
ini kita memilih sentra ayam panggang gandu, monggo datang ke Magetan kalau
yang pengen tau hehehe promosi wisata kuliner colongan nih. Sehari sebelumnya
kita sudah booking tempat karena kalau tidak bersiaplah menunggu giliran sampai
brewokan. Kami sengaja memilih jalan alternative alias blusukan ke desa-desa
demi menyingkat waktu sob, soalnya waktu berbuka udah mepet pakai banget pula.
Cerita mulai berawal tatkala aku
diberondong sms-sms keluahan dari si biang bolot. Dasarnya tu anak gak pernah
lewat ini jalan sebelumnya, complain mulai bermunculan mulai dari yang jalannya
sempit amat, sampai yang mobilnya takut ketinggalan, yang jauh, yang dia
kehalang mobil lain sehingga gak bisa liat mobilku, halah pokoknya segala macam
keluhan mewarnai sepanjang jalan menuju tempat pertama ritual. Sesampainya di
area gandu, terlihat suasana yang riuh ramai membahana. Kita telat datang,
jadinya parkiran sudah mulai penuh dengan para pengembara yang lain. Mulailah
itu si biang bolot kambuh lagi ngomelnya.
Aku yang merasa
bertanggung jawab atas ini langsung saja membagi tugas dengan cepat. Aku dan
Adit, berlari menuju tempat ritual untuk memastikan ulang pesanan kita yang
kemarin. Sementara Tiar dan dibantu oleh beberapa anak berusaha mencari tempat
parkir untuk ketiga mobil kita. Setelah perjuangan yang cukup sengit yang
diwarnai oleh perebutan lahan parkir dengan para pemilik mobil lain akhirnya
mobil-mobil kami berhasil terparkir dengan baik walaupun tiga mobil berada di
tiga tempat yang berbeda. Setelah semua anggota aku pastikan lengkap aku
langsung membawa mereka ketempat dimana pesanan kami sudah tertata dengan rapi.
Baru saja kami duduk Adzan Maghrib sudah berkumandang, tanpa perlu aba-aba lagi
kurasa, secepat hembusan angin tangan-tangan mereka dengan lihai satu per satu
mengambil gelas-gelas es jeruk yang aku pesan sengaja lebih banyak dari pada
jumlah yang hadir, karena aku tau kerongkongan-kerongkongan mereka yang kering
tak akan cukup terbasuh hanya dengan segelas es jeruk saja.
Ritual pun dimulai selang kurang
dari satu menit mereka berebut minum. Dengan brutalnya mereka beradu tangan dan
kecepatan untuk menyambar satu per satu hidangan yang telah tersedia. Seneng
ngeliat ini, kami terlihat bersama dan menjadi satu tak ada lagi perbedaan
kasta si kaya dan si miskin disini, karena saat lapar muka-muka kita sama.
Dengan selingan tawa dan celetukan cerita kami berbaur sore itu, langit yang
tadinya masih menyisakan semburat caklawala kini total gelap saat kami selesai
menghabiskan semua yang ada dihadapan kami. Shalat Maghrib berjama’ah menjadi
pelengkap sempurnanya ritual kami hari itu.
Dari sini ritual
tentu saja belum selesai. Ada satu lagi tempat yang wajib kita datangi setiap
tahunnya. Mobil mulai beriringan kembali keluar dari area Gandu. Perjalanan
kami lanjutkan ke kota berikutnya yaitu Madiun. Jalanan mulai padat, sehingga
mobil-mobil kami mulai terpencar jauh satu sama lain. Kami hanya berkomunikasi
dengan sms dan telephone untuk menentukan tempat bertemu. Akhirnya kita memilih
alun-alun kota untuk berkumpul terlebih dahulu tapi berhubung alun-alun malam
itu sangat ramai, parkir mobil kitapun kembali berpencar jauh-jauh. Tak nyaman
rasanya berbicara dengan rentang jarak yang seperti ini, akhirnya kami
memutuskan untuk berpindah tempat lagi, dan kita memilih lapangan Gulun. Disana
ditempat yang lumayan sepi itulah akhirnya kami bisa bersama, berfoto-foto
bersama, mulai mebahas tujuan berikutnya juga.
Dan inilah finalnya tempat
tujuan tahunan kita, tara tara tara Pentol Ceker kremes haahaaa simple bingit
yak, tenyata yang sederhana itu memang yang paling pas, duduk lesehan
beralaskan tikar kami berkumpul dan duduk melingkar. Kami mulai berbagi cerita
sambil ditemani segelas es teh dan sepiring pentol ceker kremes tapi sialnya
hanya piringku saja yang tanpa kremes, ini sepertinya ada diskriminasi piring
yang terjadi pada kami.
Dari percakapan
yang tarik ulur, malam itu ada sebuah kesepakatan yang terjadi. Yihay….kami mau
liburan bareng, gak muluk-muluk dan gak jauh-jauh banget juga, kami akan
berlibur ke Malang selama dua hari, asek…..udah kebayang gimana serunya kalau
dua hari aku lewati bersama mereka-mereka ini. Tapi itu kita bahas nanti lagi,
semoga saja jadi, amin hehe.
Malam semakin
pekat dan dingin kamipun memutuskan untuk balik kandang. Besok senin dan kami
akan memulai aktivitas kami masing-masing lagi. Perjalannan pulang sudah saling
kebut saja tak lagi menghiraukan kebersamaan. Mobil ku yang paling belakang
berjalan dengan santai. Nahkodaku malam itu adalah Bram, ada yang mau kenalan
mungkin???
Ditengah perjalanan mobil kami
melihat mobil yang dinahkodai Aji terparkir dipinggir jalan. Awak kapal saling
keluar dan melambaikan tangan mencoba memberi kami isyarat untuk berhenti.
Dengan gesit Bram menghentikan mobilnya. Kami berduyun keluar memastikan tidak
terjadi apa-apa tapi kampretnya dugaan pertama kamilah yang benar, mobil itu
mogok!!!! Muka-muka panic mereka tergambar jelas. Angin malam yang dingin
langsung saja menyambut kami begitu keluar mobil, bulu kudukpun meremang tanpa
pamit. Jalanan sudah sepi, ini sudah hampir tengah malam, dan bisa dipatikan
tak akan ada bengkel yang buka, kami masing-masing ribut dengan HP kami
masing-masing demi menghubungi orang-orang untuk meminta bantuan. Kampret tak
seorangpun yang bisa datang, bahkan teman kami si ahli mesinpun sedang hijrah
ke negeri antah barantah. Lama kami terdiam duduk berderet, menahan kantuk dan
dingin, satu jam terlewati hingga tubuh mulai menggigil. Hawa pegunungan suka
gak mau kompromi nih.
Entah kebijakan
siapa yang tertuang indah yang memberikan kebijakan pada kami kaum hawa untuk
bisa pulang duluan. Dan Bram nahkoda setiaku mengantar kami. Entah bagaimana
nasib mereka para pejantan malam itu, yang aku tahu dimalam berikutnya semua
wajah kembali normal seakan tak pernah ada masalah apapun sebelumnya,
syukurlah….brarti malam itu mereka bisa mengatasinya dengan baik.
#belakangan info
akurat yang aku dapat adalah, Bram balik lagi kesana dengan membawa beberapa
liter bensin, dan tuh mobil mogok bukan karena rusak tapi karena keabisan
bensi, wo lha kampret….--__--