Senin, 31 Maret 2014
SURAT UNTUK MANTAN
Jumat, 28 Maret 2014
Sobekan pesan untukmu Pelangi - Part 1
Rabu, 26 Maret 2014
Kotak kecil ku
" Suara malam menandakan hening. Aku terpaku tatkala rayapan sepi sampai pada masanya."
Sepertinya ada seekor tokek sedang menghuni bagian kecil dari atap rumahku. Tapi tak ku tau dimana tepatnya, sosoknya tak pernah terlihat, hanya senandungnya saja yang sering terdengar tak mengenal waktu. Dan malam ini suaranya kembali mengagetkan aku, ketika aku akan masuk ke kamar mandi tadi. Itu tadi... Dan sekarang aku rasa...
Malam ini terlalu sunyi, aku menunggu suara tokek itu lagi, setidaknya agar ada obyek yang bisa didengar.
Ada segelas kopi susu dengan balutan creamer di meja kamarku. Dia masih terdiam disana, menungguku untuk menyentuh dan menikmatinya. Tapi, sesekali aku hanya mencuri pandang ke arahnya tanpa rencana untuk mendekat. Bukannya aku tak berminat padanya, hanya saja aku ingin memberi jeda pada panas untuk menjadi hangat. Agar aku bisa menikmatinya dengan sempurna. Kuperhatikan jam meja berbentuk sapi kecil disamping gelas kopi yang mengepul itu. Lama ku pandang, tak bergerak sedikitpun jarum-jarumnya. Tak ada suara detakan yang menandakan dia berkondisi baik, ah sepertinya besok pagi aku harus ke mini market dekat rumah untuk membelikannya nyawa baru.
Jangkauan tanganku meraih dua buah bantal kecil. Satu berbentuk hati yang berwarna merah, sedangkan lainnya persegi panjang pink. Aku melihatnya sejenak, dua benda ini dari dua orang yang dulu pernah aku sayangi, yang mungkin saja saat ini mereka telah lupa pernah memberiku bantal-bantal lucu ini. Dibalik pintu kamar tergantung dua buah gaun pesta yang baru-baru ini aku pakai, aku belum sempat membawanya ke loundry itu kenapa gaun putih pemberian nyokap dan satu gaun yang aku pesan bersama sahabatku masih tergantung manja di sana, semoga pintu itu tidak keberatan.
Dinding pucat kamar ini sudah menemani aku beberapa tahun ini, sudah waktunya aku mengganti warna agar suasana di sini sedikit berbeda. Tempat tidur yang terbuat dari kayu jati hutan ini, awalnya nyokaplah yang ngidam pengen punya. Tapi gak tau kenapa, setelah beberapa saat justru aku yang pakai sekarang. Ada suara deritan yang terdengar setiap kali aku bergerak. Berisik sekali, tapi aku selalu merindukan tempat tidur ini. Warnanya yang masih clasic terlihat begitu serasi dengan sebuah almari panjang diseberangnya. Tempat aku meletakkan banyak barang-barang berhargaku, ya...semisal peralatan make up, koleksi buku-buku ku, kotak-kotak aksesorisku hmmm banyak juga ternyata benda lain yang tertata disana, wah waktunya sortir ulang nih.
Sebuah jendela terletak tepat dipandangan mataku sekarang. Korden hijaunya kompak ada di seluruh kamar di rumahku. Disampingnya ada meja pendek tempat arsip-arsip berharga istirahat. Jangan melihat ke bawah, aku mohon jangan. Tas-tas berserakan tak terurus yang kadang membuat ku kesal sendiri ketika harus buru-buru tapi tak juga menemukan tas yang pengen dipakai.
Kamar ini tak begitu luas, malah terbilang sangat cukup, sehingga tak mungkin menampung barang lagi. Setiap malam ruangan kotak dengan lampu yang jarang aku nyalakan inilah, aku mendekap mimpi. Dua bantal besar, dua bantal lucu, dua guling besar, satu guling lucu dan sebuah selimut bergaris. Isi kamar ini tak banyak, semua justru terbilang sangat sederhana. Tapi aku bisa mimpi indah bersamanya. Tempat yang kadang menjadi satu-satunya yang tau aku menangis, aku marah dan tempat yang nyaman untuk menulis. Tempat yang tak pernah protes ketika kudandani dengan semauku. Tak pernah meminta lebih justru membantu menyimpan yang ada. Dia tak mengeluh dengan semua polahku, dan dia tak pernah bosan dengan ku dan segala tentangku. Dindingnya yang kala ku pegang selalu menyejukkan memberiku arti. Kamar ini menghangatkan aku tapi dia tak pernah lupa untuk memberiku sebuah kesejukan.
Terkadang suara riuh nyamuk, mulai mengamuk diseputaran kupingku. Entah kenapa kamar ini juga mengijinkannya tinggal. Aku yakin sebenarnya dia tau kadang nyamuk itu mengganggu kenyamanku. Akan tetapi kamar ini tak pernah mengusir nyamuk-nyamuk ini, mungkin karena...kamar ini ingin mengingatkan aku. Bahwa dimanapun, ditempat yang senyaman apapun, pasti akan tetap ada satu hal yang akan membuat kita sadar. Kita hidup selalu berdampingan dengan yang lain, entah itu akan memberi kita sesuatu yang positif maupun yang negatif. Tugas terpenting kita adalah bagaimana kita bersikap dan bagaimana kita bisa memposisikan diri dengan baik.
Kotak yang tak begitu luas ini banyak mengajarkan aku tentang hidup. Dari semua yang ada padanya hingga bagaimana dia selalu bersikap.
Terkadang aku menginginkan kotak lain yang lebih luas dan lebih nyaman. Ketidak puasanku terbalas dengan diam olehnya. Dia tak pernah marah walau terkadang aku tak sedang menginginkannya. Dia masih setia, dan bahkan dia tidak memilih penghuni lain, dia masih mendekapku seperti biasa. Melindungiku sampai saat aku memutuskan pergi dan mendapati kamar baruku. Sejauh apapun aku pergi, kepulanganku tetap disini dan kamar ini pasti akan tetap menerimaku.
" Teman sejati itu tak harus mereka yang terlalu banyak bicara. Terkadang diam itu lebih setia."
Sabtu, 22 Maret 2014
Disayangkan...
Jumat, 21 Maret 2014
Karena ini "A K U"
Kamis, 20 Maret 2014
Sebelum "titik"
Suara jam piggy yang menempel di tembok kamar yang menghadap ke arahku terdengar lebih nyaring dari biasanya. Bahkan detak dari arloji kecilku pun terdengar jelas. Malam semakin larut ketika aku memutuskan menghabiskan sisa malam ini untuk menulis.
Di satu kotak tempat yang menaungiku, aku tak bisa banyak bergerak. Berjuta resonansi pikiran yang menyebar rata di seluruh persendian alam sadarku membuat aku menciut. Kudapati bias, tak banyak, sehingga tak mampu memunculkan senyum.
Aku rasa, aku kehilangan banyak hal akhir-akhir ini. Aku lupa cara tertawa, terbahak, selepas mungkin, sampai air mata ikut mengalir. Aku ada di sini sekarang, pada situasi yang tak banyak memberiku pilihan. Aku hanya sedang menunggu, entah harus berpegang pada yang mana aku untuk bisa lebih kuat nanti.
Cahaya yang sebelumnya aku sangka akan ku dapat jauh lebih cerah, ternyata meredup. Redup....hingga aku perlu menyipitkan mata untuk bisa melihat lebih jelas. Dan ruang gerak ini semakin menyempit, menekan keberadaanku.
Aku rindu sesosok pelangi, aku terus menunggunya. Pelangi, dia lah yang akan menjemputku, dia yang mengajarkan aku bersabar. Karena pelangi tak akan sembarang muncul dan datang. Pelangi tau kapan dia harus tampak, dan kepada siapa dia ingin dilihat. Aku menunggunya, entah sampai kapan....
Kamu tau warna biru? Dia sosok biru yang menjadi alas sang pelangi, yang menjadikan warnanya lebih kaya.
Dan kamu mengenal jingga? Sesosok duplikat yang aku menyebutnya gerbang pelangi. Pesona warna yang susah untuk mataku mengurainya. Semburatnya mendekatkan mataku pada cakrawala.
Aku menyebutmu PELANGI. Paduan cipta warna, hasil karya Sang Maha Pencipta, dan tak seorangpum mampu menyamainya. Dia penuh warna, dengan hijaunya yang meneduhkan. Merah adalah pemimpin yang tak takut mati. Cakrawala meminjamkannya jingga. Kuning mewakili kilauan matahari yang tak kunjung kehabisan sinarnya. Biru lah alas yang menjadikannya lebih indah. Semburat nila dan ungu menjadikan aku selalu ingat bahwa setiap warna tunggal yang tak kenal egois, bila disatukan akan menghasilkan keindahan yang lain. Warna-warna yang menjadikan mataku selalu berkaca-kaca. Damai, tenang dan menjanjikan kesanggupan setia.
Aku ingin segera bertemu pelangiku. Agar warna mendung ini tak berlarut pekat. Suara dentingan jam piggy dan arlojiku kembali membawaku ke ruangan ini. Tersentak aku akan kesendirian sepi ini yang membuat aku bisa dengan jelas mendengar setiap detakannya. Bahkan sekarang suara tunggal yang terdengar, menjelma serupa bentuk dalam otakku.
Dimana pelangi itu? Kenapa bukan dia yang kujumpai dalam otakku. Aku lelah, dan kasur ini menina bobokan aku, erat guling ini mendekap tubuhku, perlahan hangat menjalar rata keseluruh tubuh karena selimut memelukku, tersisa satu dan dia berbisik "Selamat tidur, tenanglah...esok pelangi akan datang bersama senyummu", bantal mengantarku terlelaap. Selamat malam!!!
Selasa, 18 Maret 2014
B I B O Y it's my Enguio
When i first saw u, i saw love.
When the first time i hear u'r voice, i hearing love.
And after all of this time, u'r still the one i love.
Orang bilang rasa itu akan ada karena intensitas bertemu. Mereka bilang dengan lebih dekat dan mengenal pribadi seseorang, rasa itu bisa saja mampir. Bertemu, kenal lantas menjadi dekat adalah kunci yang dibangun otak untuk menjadikannya sebuah rasa. Tapi bagaimana jadinya kalo rasa itu telah lebih dulu singgah sebelum mata saling menatap, tangan belum saling berjabat, suara belum saling terdengar bahkan sadar akan hadirnya belum sepenuhnya ada?
I saw him.....
I know his name, Ebrahim Enguio Lopez. If other called him Biboy, i'll call him Eboy :')
Aku sungguh tak pernah mengenalnya sebelum ini. Aku hanya tau dia dari kacamata media yang mewartakan beritanya kepadaku.
Sosok yang terlihat biasa saja awalnya ternyata bisa mengalihkan duniaku pada akhirnya.
Pagi yang terlampau pagi aku sudah bersiap. Ini adalah waktu yang tepat untukku melihatnya dalam wujud nyata. Tak lagi terhalang kertas koran. NBL seri III Solo menjadi momen pengantar untukku bisa lebih dekat dengannya. Aku datang untuk team kesayangan, dan sekarang menjadi semakin sayang karena ada dia disana. Aku memilih tempat duduk yang sekiranya aku mudah untuk menyapa para pemain. Pertandingan malam itu antara Aspac vs Cls. Saat satu per satu para pemain keluar, mataku langsung memicing mencari sosok yang aku tunggu. Dia ada dan dia disana, berdiri dengan deretan para pemaim lainnya. Dia ada dan dia disana bersiap untuk berlaga dan membuat aku semakin ternganga. Malam itu aku sempat kecewa, karena team yang duduk di bangku depan ku ternyata bukan Aspac. Aku tak bisa melihatnya sedikit lebih dekat sekarang.
Tapi tak mengapa karena saat pertandingan di mulai aku tetap bisa melihat aksinya dan meneriaki namanya.
Aku sungguh belum mengenal sosok yang sedang aku kagumi ini. Aku sungguh masih buta segala hal tentang dia. Namun rasa itu makin menjadi hingga tiba saat aku bertatap muka secara langsung dengannya. Menjabat tangannya, merasakan kehadirannya yang nyata, mencium aroma tubuhnya dan berdiri sedekat itu dengannya. Untung Tuhan menguatkan aku, sehingga aku tak harus menyia-nyiakan momen ini dengan pingsan.
Andai dia tau, aku merasakan ini lebih baik dari sekedar mimpi indah :')
Beberapa foto terambil tapi sayang aku harus menangis setelahnya. Semua hasil fotoku dengannya buram sehingga wajah kami sangat tidak terkenali lagi. Aku telah merasa menyia-nyiakan kesempatan. Kini aku hanya mampu melihat punggungnya yang semakin lama semakin tak tampak setelah dia masuk ke dalam bus.
Laga masih terus berlanjut di hari-hari berikutnya. Aku pasti akan datang lagi. Nanti tepat di hari Valentine. Aku telah siapkan sesuatu untuknya. Tapi sekali lagi aku harus mendapati kenyataan yang menyedihkan. Laga NBL seri Solo dengan terpaksa harus dihentikan akibat dampak dari erupsi gunung kelud.
Ku ingin marah melampiaskan, tapi ku hanyalah sendiri disini, ingin ku tunjukkan pada siapa saja yang ada, bahwa hatiku KECEWA....
Semua yang sudah aku persiapkan untuknya kandas, lepas tak bersisa.
Aku harus melewatkan satu lagi kesempatanku untuk bisa lebih dekat lagi dengannya. Dan aku benci ini.
Sampai saat dia kembali lagi ke Jakarta aku tak melihat lagi dia.
Do not walk in front of me, i may not follow.
Do not walk behind me, i may not lead.
Walk beside me, and be mine.
Aku kembali pada kacamata media untuk tau yang terbaru dari kamu. Dan aku sekali lagi harus menerima kalau pada kenyataannya kamu sudah punya pacar. Aku melihat betapa kamu menyukai dia dari segala pujian dan sanjungan yang sering kamu lontarkan untuknnya. Aku cemburu? Itu pasti.....
Tapi aku bisa apa?
Aku hanya sesosok wanita yang sama sekali tak kamu kenal. Bahkan mungkin pertemuan pertama kita yang bagiku sangat sangat mengesankan, kamu sudah melupakannya.
Aku bukan siapa-siapa yang mungkin saja kalau bertemu lagi kau tak akan berminat untuk melihat.
Tapi aku punya rasa yang jujur. Rasa yang bukan karena kamu siapa tapi hanya karena kamu, apapun kamu. Aku punya rasa yang bahkan tak bisa aku sembunyikan. Aku masih memiliki rasa yang dengan setia menunggu waktu yang tepat untukmu melihat ke arahku. Aku masih punya rasa, rasa yang selalu terselamatkan ketika semua meminta aku berhenti. Iya aku masih memilikinya, dan rasa itu....... CINTA.