Jumat, 06 November 2015

Aku... Yang Terlewatkan

Sebuah Kata " KEMBALI"
Sesaat aku lupa... sampai ada satu kalimat menyadarkan akan adanya suatu keberadaan. Mencoba membuka kembali apa yang pernah aku mulai. Lupa rasanya memulai (lagi), wajar mungkin karena aku terlalu lama tenggelam dalam "Ketidak Terimaan". Hingga seorang sahabat lama kembali meniupkan nyawa pada jari- jari dan pikiranku. Memberiku sebuah tanda tanya besar kapan aku siap memulainya kembali.
Dan kawan inilah aku... Tulisan ini sebagai awal dan ucapan terima kasihku untukmu atas, tiupan semangat dan suntikan "Paksaan" untuk kembali ke duniaku yang dulu. 

Sudahkah kau dengar tentang semangatku yang lain hari ini? aku akan mewartakannya untukmu... Dengarkan..

Sepagi tadi aku menerima sebuah pesan singkat dari seorang sahabat kental yang lama tak ku jumpai. Dulu kami adalah seorang petualang yang punya dunia kami sendiri. Kami punya waktu kami sendiri dan kami punya tempat kami sendiri. Banyak hal yang dulu sering kami lakukan bersama, bahkan bisa dikata kami punya kesamaan "Nasib Sial" terlebih masalah hati... Hiss... Jangan kau tertawa karena kau tau banyak tentangku untuk satu hal ini. 

Ada kabar bagus untukku melepas rindu pada duniaku yang dulu dan aku sangat tertarik untuk bergabung menjadi salah satu pelakunya, setidaknyya ada sedikit hal yang sarat pengalaman dan membuatku sedikit berguna untuk orang lain. Sumba dan Berau, sempat kita mendiskusikan dua hal tujuanku nanti, dan kau memilihkanku Sumba, right???
Lama rasanya otakku ini tak terpakai untuk menulis semacam cerita atau hanya tulisan yang lebih dari satu paragraf lagi, paling seperti yang kamu tau hanya satu dua kalimat yang tershared tidak terlalu penting diMedsos. Aku ingin mengasahnya kembali, mencoba peruntungan dan kelihaianku mengolah kata demi kata lagi.

Aku tak terlalu pandai mengarang dan menyusun kata perkata hingga menjadi sebuah kalimat bahkan sebuah paragraf  yang cantik, tapi aku cukup bangga karena beberapa tulisanku berhasil memenangkan perhatian beberapa kalangan, bagiku itu adalah sebuah prestasi yang lebih membanggakan dibanding menjadi seorang juara kelas.
Tapi kawan, aku bahkan lupa bagaimana cara mengawali sebuah cerita sekarang...

Tinggal ditempatku yang sekarang membuat aku lupa akan suatu kegemaraan. Damn!!! aku terlalu sibuk untuk mengeluh dan terus mengeluh akan keberadaanku disini, aku membuang cukup banyak waktu luangku untuk menghajar diriku sendiri dengan rasa tidak terima. 
Sebentar, biar ku seduh secangkir kopi hitam kental tanpa gula dulu agar otakku kembali bekerja dengan baik, eh kawan... sudahkah kau minum kopimu hari ini??? hahaha rasanya kita hanya bisa saling join kopi lewat kata, maafkan kesombonganku selalu khilaf dan ingkar janji untuk bertemu, meminum kopi di senja dengan racikan cerita yang bergulir tenang dengan sendirinya.

Kota ini menyibukkan aku dengan segala kemunafikannya, jujur aku masih tidak terima berada disini, aku selalu merasa banyak hal terenggut setelah aku pindah kesini. Sikapku ini mungkin sama sekali tidak dewasa tapi itu harus aku akui, aku menjadi orang asing bagi diriku sendiri. Aku lupa kegemaranku, aku lupa kebiasaan yang selalu membuat aku merasa ada, aku lupa cara tertawa lepas, dan akupun lupa untuk menjadi tenang, karena hariku penuh dengan rasa khawatir. Kota ini aman kok, hanya saja kota ini belum menerimaku dengan baik, atau mungkin justru aku yang belum menerima keberadaanku, ah ini kalimat tanya yang terus membebaniku.

Itulah kenapa undangan yang aku terima pagi tadi seperti oase yang menyapa kesekaratanku. Aku rindu duniaku, rindu kebebasan itu dan semua hal yang dulu selalu punya ruang besar untuk aku nikmati. Kembali merasakan jari-jariku menari membentuk tulisan-tulisan, menceritakan semua yang terasa, terlihat dan terkenang. Kembali bersetubuh dengan alam, berbaur dengan isinya, mengenal hal baru, berbuat hal-hal besar (menurutku, karena ukuran pada masing-masing orang tentunya berbeda). Setidaknya kembali pada seperempat bagian dari aku yang beberapa waktu belakangan ini tertutup awan masalah yang silih berganti, ah... aku malu... lagi-lagi kau tau sedikit banyak tentang ini.

Pernahkah kau lihat awan lelah menemani langit??? jika kamu tak pernah melihatnya maka kau kan dapati aku sekuat itu.

Kuat... Kamu bisa jelaskan ke aku apa definisi dari kata "Kuat"?
Aku mungkin saja terlalu munafik saat berhadapan dengan kalimat "Aku kuat kok menghadapi semua yang terjadi belakangan ini." 
Jangan pernah percaya kawan karena untuk kalimat yang satu itu aku sangat jelas berbohong. Aku tak sekuat yang selama ini kamu lihat. Kalau kamu mau tau, bahkan aku terlalu cengeng untuk bisa disebut sebagai seorang yang sudah dewasa. Tanpa menjadi aku, aku lebih lemah dari yang kalian semua tau, dan tragisnya selama aku berada disini aku menjadi orang terlemah itu.
Aku tak pernah ingin orang lain mengalami apa yang terjadi padaku, itu kenapa aku ingin selalu menularkan hal-hal positif yang aku punya. Melihat banyak hal baru dan bisa membuat banyak orang merasa hebat dan bisa tertawa bangga adalah impian yang selalu ingin aku wujudkan. Menjadi bagian dari keberhasilan, bahkan untuk hal terkecil sekalipun. 
Ijinkan aku untuk selalu bisa berguna untuk siapapun, itu saja yang ingin aku minta.

Kesempatan ini aku tak mau menyia-nyiakannya. Bagaimanapun aku akan berusaha untuk bisa bergabung dan menjadi salah satu garis yang tercetak tak sengaja sebagai salah satu inspirasi bagi mereka yang mungkin saja berbeda dengan kita. Menularkan pada mereka, sedikit pengalaman hidupku yang semoga saja berguna untuk mereka. Mengajarkan sedikit hal yang aku tau dan melihat tawa mereka ketika mereka berhasil mempelajarinya dengan baik. Tak terlalu tinggikan anganku itu???
Kawan, apa kau mulai bosan dengan celotehku???
Jangan dulu, tahan sebentar lagi... masih ada sedikit hal yang ingin ku bagi.

Aku tak akan membahas masalah hati, kau tenang saja karena akupun malas untuk membahasnya. ini hanya tentang sebuah kemungkinan. Kalau aku menanyakan kepadamu lari atau hadapi, mana satu hal yang kamu berikan kepadaku???
dan dari kedua pilihan itu aku membutuhkan sebuah kesempatan, biarpun itu hanya sekali, aku hanya tidak ingin kembali menjadi seorang yang lebih hina dari munafik jika berlama-lama menunggu.

Jadi, aku harus "Lari" atau "Hadapi"?...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar