Senin, 29 Juli 2013

Ritual tahunan



                Ramadhan itu memang bulan penuh berkah karena hanya di bulan Ramadhan, ritual tahunan ku bersama teman-teman selalu rutin terjadwal.  Untuk tahun ini ritual kami adakan tanggal 28 Juli kemarin. Seperti biasa jauh hari sebelumnya bahkan sebelum puasa saja kita sudah mengagendakan ini. Biasanya selalu tepat tapi kemarin ternyata meleset sehari dari jadwal yang ditentukan pertama. Awalnya kita mengagendakan hari sabtu, sekalian malam mingguan gitu eh tapi ternyata temenku yang paling bolot mengganti jadwal sekenanya. So demi dia seorang akhirnya mengalahlah kita semua….
Siang itu sms dikirim kesemua anggota untuk peringatan terakhir akan jadwal ritual kita. Kumpul tepat jam 4 sore tapi maklum saja Indonesia itu selain Negara penghasil korupsi terhandal, ternyata juga penghasil karet terbesar, buktinya aja jam selalu saja ngaret. Undangan jam4 terealisasinya jam5 nah itulah salah satu contoh kebiasaan buruk kenapa kita selalu tertinggal dari Negara-negara lain, lha jam karetnya dipelihara mulu sih.

                Tiga mobil terparkir rapi didepan salah satu rumah yang telah disepakati untuk dijadikan basecamp kami. Dulunya rumahku tapi berhubung sekarang aku jarang eksis akhirnya tergantilah posisi basecamp ketempat yang lain. Setelah semuanya berkumpul, berangkatlah dengan terhormat kami ber13 menuju ke arena pengembaraan. Iya ini sepertinya terlalu berlebihan harusnya kalau dilihat dari jumlah pengikutnya, mobil dua saja kurasa sudah cukup, tapi berhubung tiga mobil sudah terlanjur keluar alhasil sayang ajalah kalau balik kandang lebih cepat.
Perjalananpun dimulai, tempat tujuan kami setiap tahunnya selalu berganti, dan untuk tahun ini kita memilih sentra ayam panggang gandu, monggo datang ke Magetan kalau yang pengen tau hehehe promosi wisata kuliner colongan nih. Sehari sebelumnya kita sudah booking tempat karena kalau tidak bersiaplah menunggu giliran sampai brewokan. Kami sengaja memilih jalan alternative alias blusukan ke desa-desa demi menyingkat waktu sob, soalnya waktu berbuka udah mepet pakai banget pula.

                Cerita mulai berawal tatkala aku diberondong sms-sms keluahan dari si biang bolot. Dasarnya tu anak gak pernah lewat ini jalan sebelumnya, complain mulai bermunculan mulai dari yang jalannya sempit amat, sampai yang mobilnya takut ketinggalan, yang jauh, yang dia kehalang mobil lain sehingga gak bisa liat mobilku, halah pokoknya segala macam keluhan mewarnai sepanjang jalan menuju tempat pertama ritual. Sesampainya di area gandu, terlihat suasana yang riuh ramai membahana. Kita telat datang, jadinya parkiran sudah mulai penuh dengan para pengembara yang lain. Mulailah itu si biang bolot kambuh lagi ngomelnya.
Aku yang merasa bertanggung jawab atas ini langsung saja membagi tugas dengan cepat. Aku dan Adit, berlari menuju tempat ritual untuk memastikan ulang pesanan kita yang kemarin. Sementara Tiar dan dibantu oleh beberapa anak berusaha mencari tempat parkir untuk ketiga mobil kita. Setelah perjuangan yang cukup sengit yang diwarnai oleh perebutan lahan parkir dengan para pemilik mobil lain akhirnya mobil-mobil kami berhasil terparkir dengan baik walaupun tiga mobil berada di tiga tempat yang berbeda. Setelah semua anggota aku pastikan lengkap aku langsung membawa mereka ketempat dimana pesanan kami sudah tertata dengan rapi. Baru saja kami duduk Adzan Maghrib sudah berkumandang, tanpa perlu aba-aba lagi kurasa, secepat hembusan angin tangan-tangan mereka dengan lihai satu per satu mengambil gelas-gelas es jeruk yang aku pesan sengaja lebih banyak dari pada jumlah yang hadir, karena aku tau kerongkongan-kerongkongan mereka yang kering tak akan cukup terbasuh hanya dengan segelas es jeruk saja.

                Ritual pun dimulai selang kurang dari satu menit mereka berebut minum. Dengan brutalnya mereka beradu tangan dan kecepatan untuk menyambar satu per satu hidangan yang telah tersedia. Seneng ngeliat ini, kami terlihat bersama dan menjadi satu tak ada lagi perbedaan kasta si kaya dan si miskin disini, karena saat lapar muka-muka kita sama. Dengan selingan tawa dan celetukan cerita kami berbaur sore itu, langit yang tadinya masih menyisakan semburat caklawala kini total gelap saat kami selesai menghabiskan semua yang ada dihadapan kami. Shalat Maghrib berjama’ah menjadi pelengkap sempurnanya ritual kami hari itu.
Dari sini ritual tentu saja belum selesai. Ada satu lagi tempat yang wajib kita datangi setiap tahunnya. Mobil mulai beriringan kembali keluar dari area Gandu. Perjalanan kami lanjutkan ke kota berikutnya yaitu Madiun. Jalanan mulai padat, sehingga mobil-mobil kami mulai terpencar jauh satu sama lain. Kami hanya berkomunikasi dengan sms dan telephone untuk menentukan tempat bertemu. Akhirnya kita memilih alun-alun kota untuk berkumpul terlebih dahulu tapi berhubung alun-alun malam itu sangat ramai, parkir mobil kitapun kembali berpencar jauh-jauh. Tak nyaman rasanya berbicara dengan rentang jarak yang seperti ini, akhirnya kami memutuskan untuk berpindah tempat lagi, dan kita memilih lapangan Gulun. Disana ditempat yang lumayan sepi itulah akhirnya kami bisa bersama, berfoto-foto bersama, mulai mebahas tujuan berikutnya juga.

                Dan inilah finalnya tempat tujuan tahunan kita, tara tara tara Pentol Ceker kremes haahaaa simple bingit yak, tenyata yang sederhana itu memang yang paling pas, duduk lesehan beralaskan tikar kami berkumpul dan duduk melingkar. Kami mulai berbagi cerita sambil ditemani segelas es teh dan sepiring pentol ceker kremes tapi sialnya hanya piringku saja yang tanpa kremes, ini sepertinya ada diskriminasi piring yang terjadi pada kami.
Dari percakapan yang tarik ulur, malam itu ada sebuah kesepakatan yang terjadi. Yihay….kami mau liburan bareng, gak muluk-muluk dan gak jauh-jauh banget juga, kami akan berlibur ke Malang selama dua hari, asek…..udah kebayang gimana serunya kalau dua hari aku lewati bersama mereka-mereka ini. Tapi itu kita bahas nanti lagi, semoga saja jadi, amin hehe.

Malam semakin pekat dan dingin kamipun memutuskan untuk balik kandang. Besok senin dan kami akan memulai aktivitas kami masing-masing lagi. Perjalannan pulang sudah saling kebut saja tak lagi menghiraukan kebersamaan. Mobil ku yang paling belakang berjalan dengan santai. Nahkodaku malam itu adalah Bram, ada yang mau kenalan mungkin???
                Ditengah perjalanan mobil kami melihat mobil yang dinahkodai Aji terparkir dipinggir jalan. Awak kapal saling keluar dan melambaikan tangan mencoba memberi kami isyarat untuk berhenti. Dengan gesit Bram menghentikan mobilnya. Kami berduyun keluar memastikan tidak terjadi apa-apa tapi kampretnya dugaan pertama kamilah yang benar, mobil itu mogok!!!! Muka-muka panic mereka tergambar jelas. Angin malam yang dingin langsung saja menyambut kami begitu keluar mobil, bulu kudukpun meremang tanpa pamit. Jalanan sudah sepi, ini sudah hampir tengah malam, dan bisa dipatikan tak akan ada bengkel yang buka, kami masing-masing ribut dengan HP kami masing-masing demi menghubungi orang-orang untuk meminta bantuan. Kampret tak seorangpun yang bisa datang, bahkan teman kami si ahli mesinpun sedang hijrah ke negeri antah barantah. Lama kami terdiam duduk berderet, menahan kantuk dan dingin, satu jam terlewati hingga tubuh mulai menggigil. Hawa pegunungan suka gak mau kompromi nih.
Entah kebijakan siapa yang tertuang indah yang memberikan kebijakan pada kami kaum hawa untuk bisa pulang duluan. Dan Bram nahkoda setiaku mengantar kami. Entah bagaimana nasib mereka para pejantan malam itu, yang aku tahu dimalam berikutnya semua wajah kembali normal seakan tak pernah ada masalah apapun sebelumnya, syukurlah….brarti malam itu mereka bisa mengatasinya dengan baik.
#belakangan info akurat yang aku dapat adalah, Bram balik lagi kesana dengan membawa beberapa liter bensin, dan tuh mobil mogok bukan karena rusak tapi karena keabisan bensi, wo lha kampret….--__--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar