Rabu, 26 Maret 2014

Kotak kecil ku

     " Suara malam menandakan hening. Aku terpaku tatkala rayapan sepi sampai pada masanya."

     Sepertinya ada seekor tokek sedang menghuni bagian kecil dari atap rumahku. Tapi tak ku tau dimana tepatnya, sosoknya tak pernah terlihat, hanya senandungnya saja yang sering terdengar tak mengenal waktu. Dan malam ini suaranya kembali mengagetkan aku, ketika aku akan masuk ke kamar mandi tadi. Itu tadi... Dan sekarang aku rasa...
Malam ini terlalu sunyi, aku menunggu suara tokek itu lagi, setidaknya agar ada obyek yang bisa didengar.

     Ada segelas kopi susu dengan balutan creamer di meja kamarku. Dia masih terdiam disana, menungguku untuk menyentuh dan menikmatinya. Tapi, sesekali aku hanya mencuri pandang ke arahnya tanpa rencana untuk mendekat. Bukannya aku tak berminat padanya, hanya saja aku ingin memberi jeda pada panas untuk menjadi hangat. Agar aku bisa menikmatinya dengan sempurna. Kuperhatikan jam meja berbentuk sapi kecil disamping gelas kopi yang mengepul itu. Lama ku pandang, tak bergerak sedikitpun jarum-jarumnya. Tak ada suara detakan yang menandakan dia berkondisi baik, ah sepertinya besok pagi aku harus ke mini market dekat rumah untuk membelikannya nyawa baru.

     Jangkauan tanganku meraih dua buah bantal kecil. Satu berbentuk hati yang berwarna merah, sedangkan lainnya persegi panjang pink. Aku melihatnya sejenak, dua benda ini dari dua orang yang dulu pernah aku sayangi, yang mungkin saja saat ini mereka telah lupa pernah memberiku bantal-bantal lucu ini. Dibalik pintu kamar tergantung dua buah gaun pesta yang baru-baru ini aku pakai, aku belum sempat membawanya ke loundry itu kenapa gaun putih pemberian nyokap dan satu gaun yang aku pesan bersama sahabatku masih tergantung manja di sana, semoga pintu itu tidak keberatan.

     Dinding pucat kamar ini sudah menemani aku beberapa tahun ini, sudah waktunya aku mengganti warna agar suasana di sini sedikit berbeda. Tempat tidur yang terbuat dari kayu jati hutan ini, awalnya nyokaplah yang ngidam pengen punya. Tapi gak tau kenapa, setelah beberapa saat justru aku yang pakai sekarang. Ada suara deritan yang terdengar setiap kali aku bergerak. Berisik sekali, tapi aku selalu merindukan tempat tidur ini. Warnanya yang masih clasic terlihat begitu serasi dengan sebuah almari panjang diseberangnya. Tempat aku meletakkan banyak barang-barang berhargaku, ya...semisal peralatan make up, koleksi buku-buku ku, kotak-kotak aksesorisku hmmm banyak juga ternyata benda lain yang tertata disana, wah waktunya sortir ulang nih.

     Sebuah jendela terletak tepat dipandangan mataku sekarang. Korden hijaunya kompak ada di seluruh kamar di rumahku. Disampingnya ada meja pendek tempat arsip-arsip berharga istirahat. Jangan melihat ke bawah, aku mohon jangan. Tas-tas berserakan tak terurus yang kadang membuat ku kesal sendiri ketika harus buru-buru tapi tak juga menemukan tas yang pengen dipakai.

     Kamar ini tak begitu luas, malah terbilang sangat cukup, sehingga tak mungkin menampung barang lagi. Setiap malam ruangan kotak dengan lampu yang jarang aku nyalakan inilah, aku mendekap mimpi. Dua bantal besar, dua bantal lucu, dua guling besar, satu guling lucu dan sebuah selimut bergaris. Isi kamar ini tak banyak, semua justru terbilang sangat sederhana. Tapi aku bisa mimpi indah bersamanya. Tempat yang kadang menjadi satu-satunya yang tau aku menangis, aku marah dan tempat yang nyaman untuk menulis. Tempat yang tak pernah protes ketika kudandani dengan semauku. Tak pernah meminta lebih justru membantu menyimpan yang ada. Dia tak mengeluh dengan semua polahku, dan dia tak pernah bosan dengan ku dan segala tentangku. Dindingnya yang kala ku pegang selalu menyejukkan memberiku arti. Kamar ini menghangatkan aku tapi dia tak pernah lupa untuk memberiku sebuah kesejukan.

     Terkadang suara riuh nyamuk, mulai mengamuk diseputaran kupingku. Entah kenapa kamar ini juga mengijinkannya tinggal. Aku yakin sebenarnya dia tau kadang nyamuk itu mengganggu kenyamanku. Akan tetapi kamar ini tak pernah mengusir nyamuk-nyamuk ini, mungkin karena...kamar ini ingin mengingatkan aku. Bahwa dimanapun, ditempat yang senyaman apapun, pasti akan tetap ada satu hal yang akan membuat kita sadar. Kita hidup selalu berdampingan dengan yang lain, entah itu akan memberi kita sesuatu yang positif maupun yang negatif. Tugas terpenting kita adalah bagaimana kita bersikap dan bagaimana kita bisa memposisikan diri dengan baik.

     Kotak yang tak begitu luas ini banyak mengajarkan aku tentang hidup. Dari semua yang ada padanya hingga bagaimana dia selalu bersikap.
Terkadang aku menginginkan kotak lain yang lebih luas dan lebih nyaman. Ketidak puasanku terbalas dengan diam olehnya. Dia tak pernah marah walau terkadang aku tak sedang menginginkannya. Dia masih setia, dan bahkan dia tidak memilih penghuni lain, dia masih mendekapku seperti biasa. Melindungiku sampai saat aku memutuskan pergi dan mendapati kamar baruku. Sejauh apapun aku pergi, kepulanganku tetap disini dan kamar ini pasti akan tetap menerimaku.

     " Teman sejati itu tak harus mereka yang terlalu banyak bicara. Terkadang diam itu lebih setia."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar