Rabu, 24 Juli 2013

celana kerja



                Seperti biasa setiap abis sahur aku selalu mengisi waktu dengan membaca sambil nunggu subuh, dan kalau udah kelar subuh parti balik molor lagi. Sama kayak tadi pagi, selesai shalat subuh aku balik lagi kedekapan hangat selimut dan teman-temannya. Maklum rumah di daerah pegunungan itu kalo udah pagi buta dinginnya suka gak bisa diajakin kompromi. Ada yang gak biasa dipagi ini. Kakak yang biasanya abis subuh ikutan molor lagi tadi enggak lho. Katanya setan kalau puasa gini semuanya pada dibelenggu eh tadi kenapa kakak jadi kesetanan rajin ya. Iya jadi dia itu abis sahur langsung nyuci gitu, gak biasanya, setan kadang emang suka baik ya…tak terduga hehe….
                Sebelum tadi aku kembali memejamkan mata, sempat sekilas keinget kalo celana kerja yang hari ini terjadwal dipakai masih dengan anggun nyantol di kamar mandi, feeling tiba-tiba brasa gak enak jangan-janagn saking rajinnya tuh celana keangkut juga masuk dalam list cucian kakak. Tapi ah bodo amat mata udah yang pedes banget ngajak merem, bikin langkah kaki males beranjak saja. Tidur singkatku akhirnya berlangsung dengan mulus. Diwaktu yang dirasa tepat untuk mulai bangun dan beraktivitas aku langsung berjalan ke teras belakang karena yakin tuh kakak pasti ngasih aku tugas buat jemur baju. Langsung deh tu keinget lagi sama celana kerja, kutabraklah dengan serta merta bak yang berisi tumpukan baju siap jemur itu demi memastikan bahwa tak ada celana kerjaku bertengger anggun diantaranya. Pencarian terjadi dengan sengit…ini berlebihan hehe…aman sampai baju terakhir yang terambil untuk dijemur tak kudapatti sosok celana kerja yang menjadi tokoh utama pagi ini.
Dengan langkah lega kembalilah aku kekamar untuk ambil baju dan bersiap mandi. Music  pagi yang selalu menemani aku membuka hari pagi tadi aku puter lebih keras daripada biasanya, berasa bakal ada hal penting hari ini. Langkah kaki terhenti dipintu kamar mandi. Mata tercengang dan sesaat hilang kesadaran tatkala kudapati seluruh baju kotor yang ada di cantolan kamar mandi udah bersih tak bersisa satupun dan itu artinya raib jugalah si celana kerjaku. Cepat aku alihkan pandangan mata kearah mesin cuci yang sedang mulai bekerja kembali. Kudekati perlahan dengan tatapan mata yang kian memicing, ada kecurigaan yang teramat dari setiap putaran yang dihasilkan. Kubuka dengan ambisius penutup mesin cuci itu, ingin memastikan bahwa mata tidak akan mendapati barang yang dicurigai, tapi kampret tak dapat dihindari. Celana abu-abu muda ku menari dengan indahnya diantara baju-baju lain yang sedang mengadakan konser kemerdekaan didalam mesin cuci.
                Dengan segenap jiwa raga, disertai dengan keinginan luhur dan dimantapkan oleh sebuah kekampretan, akhirnya kuraih dengan cepat si celana kantor yang sudah basah kuyup tak menampakkan keceriaan. Kubilas beberapa kali sebelum akhirnya aku masukin dengan paksa dia kemesin pengering. Aku menunggu dia berputar selaksana aku menunggu hadirmu disetiap kedipan mataku #tsahhh malah lebay. Waktu tak mau berkompromi lebih lama. Sekarang atau aku bakal telat ngantor. Dengan status basah rada-rada kering itulah celana inipun masuk dengan paksa melewati kaki-kaki molekku. Sumpah jangan coba ini dipagi hari di hawa pegunungan. Sensasi dingin menggelitiknya membuat bulu kuduk dadakan suka meremang. Dan ini semua karena ulah setan yang menjadikan kakakku pagi ini kesetanan rajin, heh lo tan gak jadi deh gue puji lo baik abisan gara-gara elo hampir aja gue ngantor gak pake celana, kampret lo tan….dan ternyata inilah hal penting yang terjadi, seperti yang terfeelingkan, hanya beda…tipisss…..
SETAN+GUE=END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar